Senin, Oktober 13, 2025
28.5 C
Jakarta

Dolar AS Menguat ke Level Tertinggi Dua Bulan, Yen dan Euro Tertekan Isu Politik

STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) kembali menguat pada perdagangan Jumat (10/10/2025) waktu setempat atau Sabtu pagi (11/10/2025) WIB. Mata uang Negeri Paman Sam menanjak di tengah tekanan terhadap yen Jepang dan euro yang melemah akibat ketidakpastian politik di kedua kawasan tersebut.

Mengutip CNBC International, yen bergerak stabil di posisi 152,7 per dolar AS. Mata uang Jepang ini sempat naik tipis 0,2%, namun masih dekat dengan level terlemah sejak pertengahan Februari. Dalam sepekan, yen anjlok 3,5% — penurunan mingguan terbesar sejak Oktober tahun lalu.

Pelemahan yen dipicu berkurangnya harapan kenaikan suku bunga dalam waktu dekat setelah kemenangan politisi beraliran dovish, Sanae Takaichi, yang kini memimpin partai berkuasa. Kemenangan Takaichi menimbulkan kekhawatiran Bank of Japan akan menunda langkah pengetatan kebijakan moneter.

Menteri Keuangan Jepang Katsunobu Kato mengaku pemerintah khawatir terhadap gejolak berlebihan di pasar valuta asing. Di sisi lain, Takaichi menegaskan tidak ingin melihat pelemahan yen yang terlalu dalam.

“Pasar menilai kepemimpinan Takaichi akan membuat Bank of Japan sulit menaikkan suku bunga,” kata Carol Kong, analis strategi mata uang di Commonwealth Bank of Australia.

Takaichi, yang berpeluang menjadi perdana menteri perempuan pertama Jepang, menekankan kebijakan moneter tetap menjadi tanggung jawab Bank of Japan, tetapi keputusan bank sentral harus sejalan dengan tujuan pemerintah. Saat ini, pelaku pasar memperkirakan peluang 45% kenaikan suku bunga pada rapat Desember dan baru memperkirakan kenaikan penuh 25 basis poin pada Maret.

Sementara itu, euro juga tertekan di kisaran terendah dua bulan pada level US$1,15705. Sepanjang pekan ini, euro melemah 1,5%, penurunan paling tajam dalam 11 bulan terakhir.

Kekacauan politik di Prancis menambah tekanan. Presiden Emmanuel Macron sedang mencari perdana menteri baru setelah Gabriel Attal mengundurkan diri. Kondisi politik yang tidak stabil membuat pembahasan anggaran makin rumit di tengah tekanan investor terhadap defisit Prancis yang melebar.

“Gejolak di Prancis setelah pengunduran diri Perdana Menteri Lecornu telah melemahkan sentimen terhadap euro,” ujar Kieran Williams, Kepala FX Asia di InTouch Capital Markets. Ia menambahkan volatilitas di pasar valuta asing masih tinggi karena pelaku pasar menyesuaikan posisi menghadapi ketidakpastian kebijakan bank sentral dan risiko politik.

Indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan dolar terhadap enam mata uang utama, berada di 99,33 atau mendekati level tertinggi dua bulan. Dalam sepekan, indeks ini naik 1,7% — kenaikan mingguan terbesar dalam satu tahun terakhir.

“Kenaikan dolar terbaru memaksa pasar menutup posisi jual dolar,” kata Chris Weston, Kepala Riset di Pepperstone. “Namun masih banyak keraguan dolar bisa menembus level 100, karena pada Mei lalu angka itu sempat naik tapi cepat terkoreksi,” tambahnya.

Pelaku pasar kini menunggu sinyal dari pejabat The Federal Reserve. Penutupan sebagian pemerintahan Amerika Serikat masih berlangsung dan data ekonomi baru belum banyak tersedia. Presiden The Fed New York John Williams menyebut masih terbuka peluang pemangkasan suku bunga lanjutan, meski beberapa pejabat lain menilai inflasi yang tinggi membuat keputusan tersebut tidak mudah.

Saat ini, pasar memperkirakan peluang 95% The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada Oktober. Sementara peluang tambahan pemangkasan pada Desember turun menjadi 80% dari 90% pekan lalu, menurut CME Group FedWatch Tool.

Dolar Australia naik tipis 0,14% ke US$0,6565. Poundsterling bergerak di US$1,331, mendekati level terendah dua bulan, dengan penurunan 1% dalam sepekan — performa terburuk dalam lebih dari dua bulan terakhir.

Dolar Selandia Baru juga melemah di US$0,5755, mendekati level terendah enam bulan. Tekanan muncul setelah bank sentral negara itu memangkas suku bunga acuan pada Rabu lalu dan memberi sinyal akan ada penurunan lanjutan karena kondisi ekonomi yang masih rapuh.

Artikel Terkait

SOHO Kantongi Kredit Rp350 Miliar dari HSBC, Ini Rencananya

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) — PT Soho Global Health Tbk (SOHO)...

Cuma Daerah ‘Sehat’ yang Boleh Terbitkan Surat Utang! Ini Syarat Ketat OJK untuk Obligasi dan Sukuk Daerah

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menegaskan penerbitan...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Populer 7 Hari

Berita Terbaru