STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) menguat pada akhir perdagangan Kamis (31/7/2025) waktu setempat atau Jumat pagi (1/8/2025) WIB. Mata uang ini berpeluang mencetak kenaikan bulanan pertama sepanjang 2025.
Mengutip CNBC International, penguatan dolar ditopang oleh ketahanan ekonomi AS dan meredanya ketegangan dagang. Data tenaga kerja yang tetap stabil ikut mendukung sentimen positif terhadap greenback.
Dolar AS naik 0,8% terhadap yen Jepang ke level 150,67. Ini merupakan posisi tertingginya sejak 28 Mei dan menunjukkan penguatan bulanan sekitar 4,4%. Jika tercapai, ini akan menjadi lonjakan bulanan terbesar sejak Desember 2024.
Indeks dolar yang mengukur kekuatan mata uang AS terhadap enam mata uang utama lainnya, naik 0,2% ke level 100,02 setelah sehari sebelumnya melesat hampir 1%.
Juan Perez, Direktur Perdagangan Monex USA di Washington, menjelaskan kondisi pasar saat ini dipengaruhi tarik menarik antara bank sentral dan pemerintah. “Ada benturan antara apa yang dilihat dan diputuskan oleh The Fed dan apa yang diinginkan Gedung Putih serta pelaku pasar saham,” ujarnya.
“Kalau saja nada hawkish, sikap hawkish, dan konferensi pers yang hawkish itu hilang, wajar kalau dolar AS naik — dan itu yang terjadi. Tapi hari ini, karena ada gesekan antara The Fed dan Gedung Putih, dolar kembali menahan laju,” tambah Perez.
Sementara itu, bank sentral AS (The Fed) memutuskan mempertahankan suku bunga. Ketua The Fed Jerome Powell memberi sinyal belum terburu-buru menurunkan suku bunga. Sebelumnya, Presiden Donald Trump berkali-kali mendesak penurunan suku bunga, namun diabaikan.
Dari Jepang, Bank of Japan (BOJ) juga mempertahankan suku bunga di level 0,5% dalam keputusan yang bulat. Gubernur BOJ Kazuo Ueda menyatakan bahwa kesepakatan dagang AS-Jepang telah mengurangi ketidakpastian dan memperbesar peluang Jepang mencapai target inflasi 2%.
Sementara itu, data tenaga kerja AS menunjukkan jumlah klaim pengangguran baru hanya naik tipis. Ini jadi sinyal pasar kerja tetap kuat dan mendukung prospek ekonomi.
Di sisi lain, mata uang euro sempat menguat 0,1% ke level US$1,1419 setelah menyentuh level terendah dalam tujuh minggu pada Rabu. Namun secara bulanan, euro masih tertekan dan bersiap mencatat pelemahan hampir 3%.
Jane Foley, ahli strategi dari Rabobank, menyebut optimisme terhadap euro terlalu berlebihan. “Saya pikir harga euro terlalu optimis. Minggu ini jadi momen realistis bagi pasar Eropa setelah muncul banyak komentar soal konsesi Uni Eropa dalam kesepakatan dagang dengan AS,” katanya.
Dolar melemah 0,32% terhadap franc Swiss menjadi 0,812 franc, tapi tetap mencatat kenaikan bulanan 2,36%.
Trump juga mengumumkan tarif baru 50% terhadap sebagian besar barang dari Brasil dan masih dalam proses negosiasi dengan India. Selain itu, Korea Selatan disepakati membayar tarif 15% atas produk impor dari AS, lebih rendah dari ancaman sebelumnya sebesar 25%. Nilai tukar won Korea pun menguat ke posisi 1.396,01 per dolar.