STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Dolar Amerika Serikat (AS) naik tipis terhadap yen Jepang dan euro pada penutupan perdagangan Rabu (7/5/2025) waktu setempat atau Kamis pagi (8/5/2025) WIB. Penguatan ini terjadi setelah bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed), memutuskan untuk menahan suku bunga acuan.
Mengutip CNBC International, pasar sebenarnya sudah memperkirakan keputusan tersebut. Namun, pelaku pasar tetap mencermati pernyataan resmi The Fed usai pertemuan Komite Pasar Terbuka (FOMC) bulan Mei.
Dalam pernyataan tersebut, The Fed menyebut bahwa risiko ketidakpastian ekonomi semakin tinggi. “Ketidakpastian terhadap prospek ekonomi meningkat lebih lanjut,” tulis pernyataan itu. “Komite mencermati risiko terhadap kedua sisi dari mandat gandanya dan menilai bahwa risiko pengangguran serta inflasi yang lebih tinggi telah meningkat.”
Dolar AS menguat 0,6% terhadap yen dan diperdagangkan di level 143,19. Ini menjadi kenaikan pertama setelah tiga hari berturut-turut melemah, seiring dibukanya kembali pasar Jepang usai libur dua hari.
Sementara itu, euro melemah 0,2% ke posisi US$1,1347, setelah sebelumnya sempat menguat 0,48% sehari sebelumnya.
Kondisi pasar juga dipengaruhi oleh ketidakpastian terkait negosiasi dagang antara Amerika Serikat dan China. Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, bersama Kepala Negosiator Perdagangan, Jamieson Greer, dijadwalkan bertemu dengan pemimpin ekonomi China, He Lifeng, di Swiss akhir pekan ini.
Pertemuan tersebut dinilai bisa menjadi langkah awal untuk menyelesaikan perang dagang yang selama ini mengguncang perekonomian global.
Pasar juga mencermati hasil lelang obligasi AS tenor 10 tahun yang cukup positif. Lelang tersebut menunjukkan permintaan terhadap surat utang AS masih kuat, meski ketegangan dagang masih membayangi.
“Ketidakpastian terhadap dampak inflasi dari tarif serta efek jangka panjang dari kenaikan ekspektasi inflasi membuat FOMC ingin mencegah pelaku pasar berspekulasi bahwa pemangkasan suku bunga agresif akan segera terjadi,” kata Thierry Wizman, analis strategi valas dan suku bunga global di Macquarie.
Sementara itu, penguatan dolar Taiwan beberapa hari terakhir ikut mendorong apresiasi mata uang Asia lainnya seperti dolar Singapura dan won Korea Selatan.
Namun, pada perdagangan Rabu, won Korea Selatan sempat menyentuh level tertinggi dalam enam bulan sebelum akhirnya melemah 1,1%.
Di sisi lain, yuan China juga melemah tipis 0,07% terhadap dolar AS ke level 7,216 per dolar. Melemahnya yuan terjadi setelah bank sentral China akhirnya memangkas suku bunga, seperti yang telah lama ditunggu pasar.