STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) ditutup menguat tipis pada akhir perdagangan Jumat (13/9/2025) waktu setempat atau Sabtu pagi (14/9/2025) WIB. Kenaikan ini terjadi setelah sehari sebelumnya dolar melemah akibat lonjakan klaim pengangguran dan inflasi yang hanya naik moderat. Pasar kini menanti rapat Federal Reserve pekan depan yang diperkirakan akan memutuskan pemangkasan suku bunga untuk pertama kalinya dalam sembilan bulan terakhir.
Mengutip CNBC International, dolar AS naik 0,2% menjadi 147,53 yen, mencatat penguatan tiga pekan beruntun. Penguatan sempat bertambah setelah pernyataan bersama AS dan Jepang menegaskan nilai tukar sebaiknya ditentukan pasar dan pergerakan yang terlalu volatil dianggap tidak diinginkan.
Indeks dolar hanya sedikit berubah di level 97,59. Namun sepanjang pekan ini indeks masih mencatat penurunan 0,1% dan melemah untuk pekan kedua berturut-turut.
John Velis, Americas Macro Strategist di BNY New York, menilai penguatan dolar lebih disebabkan penyesuaian posisi menjelang akhir pekan. “Gambaran yang lebih luas tetap cukup negatif untuk dolar dari berbagai ukuran,” ujarnya. “Salah satunya, tentu saja, The Fed sekarang mulai memangkas suku bunga. Selain itu, kami masih melihat perilaku hedging, di mana investor asing membeli aset AS sambil menjual dolar untuk lindung nilai. Hal ini akan terus memberi tekanan pada dolar.”
Sentimen konsumen AS juga memberi beban tambahan. University of Michigan melaporkan indeks kepercayaan konsumen turun ke 55,4 pada September, terendah sejak Mei, dari 58,2 pada Agustus. Angka ini lebih lemah dari perkiraan ekonom yang memprediksi 58,0.
Tom Simons, Chief U.S. Economist di Jefferies, menilai keputusan The Fed pekan depan bisa membuka peluang baru. “Jika The Fed benar-benar memangkas suku bunga seperti yang banyak diperkirakan, dan memberi sinyal ada pemangkasan lebih lanjut, dunia usaha bisa melihat kesempatan untuk merebut kembali margin yang hilang akibat tarif. Dengan begitu mereka bisa meningkatkan kapasitas untuk menambah tenaga kerja,” tulisnya melalui email.
Data klaim pengangguran yang dirilis Kamis menunjukkan lonjakan terbesar dalam empat tahun terakhir. Kondisi ini menutupi data inflasi konsumen bulan Agustus yang naik paling cepat dalam tujuh bulan, meski kenaikan harga masih sesuai ekspektasi.
Pasar kini hampir pasti memperkirakan The Fed memangkas suku bunga acuan 25 basis poin pada 17 September. Ekspektasi pemangkasan yang lebih besar, 50 basis poin, mulai berkurang. CME Group’s FedWatch mencatat jalur pelonggaran tahun ini diperkirakan lebih dangkal dari prediksi sebelumnya.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun naik 4,9 basis poin menjadi 4,06%. Sehari sebelumnya yield sempat turun di bawah 4% untuk pertama kalinya sejak April.
Di pasar mata uang lain, euro stabil di US$1,1736 setelah sehari sebelumnya menguat. European Central Bank menahan suku bunga acuan di level 2% untuk pertemuan kedua secara beruntun. Presiden ECB Christine Lagarde menyebut zona euro masih berada di “posisi yang baik” dan risiko ekonomi lebih seimbang.
Sementara itu, Fitch Ratings diperkirakan akan merilis pandangan terkait kondisi fiskal Prancis setelah penutupan pasar. Citi dalam risetnya menulis, “Melawan arah model Fitch dan menurunkan peringkat secara manual mengharuskan lembaga itu menyimpulkan keseimbangan kekuasaan antara pemangku dana publik telah semakin menjauh dari kreditor finansial sejak keputusan terakhir musim semi lalu.”
Pound sterling ditutup stabil di US$1,3564 setelah data menunjukkan ekonomi Inggris stagnan pada Juli. Dolar Australia melemah tipis ke US$0,6651, tidak jauh dari level tertinggi dalam 10 bulan.