STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Dolar Amerika Serikat (AS) melemah terhadap euro pada penutupan perdagangan Jumat (14/3/2025) waktu setempat atau Sabtu pagi (15/3/2025) WIB. Kendati demikian, dolar AS tetap menguat terhadap yen Jepang dan franc Swiss. Pergerakan ini terjadi setelah Jerman mencapai kesepakatan fiskal yang berpotensi mendorong pertumbuhan ekonomi, sementara di AS, potensi penutupan pemerintahan tampaknya dapat dihindari
Mengutip CNBC International, euro menguat 0,3% terhadap dolar AS ke level US$1,082. Mata uang ini juga naik 0,3% terhadap poundsterling ke 84,08 pence dan menguat 0,5% terhadap franc Swiss ke 0,96255. Euro mencatat kenaikan selama dua pekan berturut-turut terhadap dolar, pound, dan franc.
Penguatan euro terjadi setelah calon Kanselir Jerman, Friedrich Merz, mengumumkan bahwa ia telah mendapatkan dukungan dari Partai Hijau untuk peningkatan besar dalam utang negara. Kesepakatan ini mencakup dana infrastruktur senilai 500 miliar euro (US$544,30 miliar) dan perubahan besar dalam aturan pinjaman.
Dominic Bunning, Kepala Strategi Valas G10 di Nomura, mengatakan bahwa reformasi fiskal Jerman ini dapat memberikan dorongan tambahan bagi euro, terutama terhadap franc Swiss dan poundsterling.
“Kami memperkirakan reformasi fiskal Jerman akan disetujui minggu depan dan ECB akan mempertahankan suku bunga pada April. Ini lebih hawkish dibandingkan yang diperkirakan pasar,” ujar Bunning.
Sementara itu, dolar AS tetap mendapatkan dukungan dari ekspektasi inflasi yang meningkat di AS. Survei Universitas Michigan menunjukkan sentimen konsumen turun pada Maret, tetapi ekspektasi inflasi melonjak menjadi 4,9%, naik dari 4,3% pada Februari.
Di sisi lain, dolar menguat 0,4% terhadap franc Swiss ke 0,885 dan naik 0,7% sepanjang pekan. Terhadap yen, dolar naik 0,6% ke level 148,63. Penguatan dolar terhadap yen terjadi setelah perusahaan-perusahaan Jepang menyetujui kenaikan gaji sebesar 5,46% tahun ini, yang merupakan kenaikan terbesar dalam 34 tahun terakhir.
Kondisi ini menjadi salah satu faktor yang akan dipertimbangkan Bank of Japan dalam menentukan kebijakan moneternya minggu depan. Pasar memperkirakan bank sentral Jepang akan tetap berhati-hati dalam mengambil keputusan, mengingat risiko global yang masih tinggi.
Di Inggris, poundsterling melemah 0,1% terhadap dolar ke US$1,2928 setelah data menunjukkan ekonomi Inggris mengalami kontraksi 0,1% pada Januari. Namun, pound masih berada dekat level tertingginya dalam empat bulan terakhir di US$1,2990.
Indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan greenback terhadap enam mata uang utama, turun 0,1% ke 103,72. Indeks ini mencatat penurunan dua pekan berturut-turut.
Brad Bechtel, Kepala Global FX di Jefferies New York, mengatakan bahwa kombinasi berbagai faktor mempengaruhi dolar.
“Ketegangan perdagangan menciptakan volatilitas, sementara pemerintahan AS sedang mencoba mengurangi pengeluaran. Di saat yang sama, Uni Eropa justru melakukan ekspansi fiskal yang cukup besar,” kata Bechtel.