Minggu, September 28, 2025
31.4 C
Jakarta

Dolar AS Meroket! Peluang Pemangkasan Suku Bunga The Fed Bikin Optimisme Pasar Meningkat

STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Dolar AS melonjak tajam pada penutupan perdagangan Rabu (11/12/2024) waktu setempat atau Kamis pagi (12/12/2024) WIB, setelah laporan inflasi AS menunjukkan angka yang sesuai dengan perkiraan. Kenaikan ini semakin memperkuat spekulasi bahwa Federal Reserve (The Fed) akan memangkas suku bunga pada pertemuan mereka mendatang.

Mengutip CNBC International, Indeks Harga Konsumen (CPI) AS tercatat naik 0,3% pada November 2024. Ini merupakan kenaikan terbesar sejak April, setelah sebelumnya hanya naik 0,2% selama empat bulan berturut-turut. Para ekonom yang disurvei oleh Reuters sebelumnya memperkirakan kenaikan yang sama, yang akhirnya terbukti benar.

Kenaikan CPI ini memperkuat harapan pasar bahwa The Fed akan memangkas suku bunga pada 18 Desember 2024. Menurut alat FedWatch dari CME, peluang pemangkasan suku bunga kini mencapai 96,4%. “Pasar sudah sangat yakin bahwa The Fed akan memangkas suku bunga minggu depan. Jarang sekali The Fed melawan pasar ketika peluang seperti ini sudah dihargakan begitu kuat,” kata Marc Chandler, kepala strategi pasar di Bannockburn Forex.

Indeks Dolar AS tercatat naik 0,2% menjadi 106,63. Kenaikan ini juga dipicu oleh laporan yang menyebutkan bahwa China tengah mempertimbangkan untuk membiarkan yuan melemah pada 2025. Hal ini menekan mata uang China dan beberapa mata uang Asia lainnya.

Dolar AS menguat terhadap yuan, meskipun sempat turun beberapa poin. Pada akhirnya, dolar AS naik 0,18% terhadap yuan offshore, berada di level 7,2747. Langkah ini mencerminkan strategi China untuk merespons ancaman tarif perdagangan yang lebih tinggi di bawah pemerintahan Donald Trump kedua.

Kenaikan dolar juga didorong oleh perkiraan bahwa China akan menggelar konferensi kerja ekonomi tahunan pekan ini. Rapat Politbiro pada Senin lalu memutuskan untuk menerapkan kebijakan moneter yang lebih longgar demi mendukung pertumbuhan ekonomi.

Ken Cheung, ahli strategi FX di Mizuho, mengungkapkan, “Jika pelemahan mata uang digunakan sebagai taktik untuk mengatasi dampak tarif, maka perang dagang yang semakin memanas bisa menguntungkan dolar AS dan menekan mata uang regional.”

Selain itu, mata uang yang terkait dengan ekonomi China, seperti dolar Australia dan dolar Selandia Baru, ikut merosot. Dolar Australia turun 0,25% menjadi US$0,6362, sementara dolar Selandia Baru turun 0,18% menjadi US$0,579.

Yen Jepang juga menjadi sorotan setelah laporan Bloomberg menyebutkan bahwa Bank of Japan (BOJ) tidak melihat “biaya besar” jika mereka menunggu untuk menaikkan suku bunga. Dolar AS terakhir tercatat naik 0,3% terhadap yen Jepang, mencapai 152,43 yen.

Di pasar mata uang lainnya, dolar Kanada juga tertekan karena ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh Bank of Canada. Dolar Kanada diperdagangkan di level C$1,4174 terhadap dolar AS, mencatatkan posisi terendah dalam empat setengah tahun.

Euro dan franc Swiss juga mengalami pelemahan. Euro turun 0,3% menjadi US$1,0498, sementara franc Swiss sedikit terkoreksi 0,07% menjadi 0,8822 terhadap dolar AS.

Artikel Terkait

Transaksi DNDF Tembus US$ 212 Juta per Hari, BI Luncurkan Matchmaking OIS

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan...

Merdeka Copper (MDKA) Rugi USD15,8 Juta per Juni 2025, Ini Penyebabnya

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) - PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA)...

Pendapatan dan Laba Merdeka Battery (MBMA) Kompak Turun di Semester I 2025

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) - Kinerja keuangan PT Merdeka Battery Materials...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Populer 7 Hari

Berita Terbaru