Senin, September 29, 2025
29.7 C
Jakarta

Dolar AS Meroket! Yen Jepang Tertekan Pasca Pemilu

STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Dolar AS menunjukkan performa mengesankan pada penutupan perdagangan hari Senin (28/10/2024) waktu setempat atau Selasa pagi (29/10/2024) WIB. Sementara itu, yen Jepang tertekan ke level terendah dalam tiga bulan. Kondisi ini terjadi setelah koalisi pemerintahan Jepang mengalami kekalahan dalam pemilu. Ini menambah ketidakpastian politik dan kebijakan moneter di negara tersebut.

Mengutip CNBC International, dolar AS mengalami kenaikan 1% menjadi US$153,88. Sementara itu, yen Jepang berada di posisi US$153,24, turun 0,6% terhadap dolar. Penurunan ini membuat total penurunan yen selama bulan Oktober mencapai 6,3%, menjadikannya yang terbesar di antara mata uang G10.

Adam Button, analis mata uang di ForexLive, mengatakan bahwa yen menjadi mata uang paling volatil tahun ini. Ia menjelaskan, “Hasil pemilu yang mengejutkan menambah ketidakpastian mengenai kebijakan moneter dan fiskal Jepang ke depan. Reaksi pasar adalah menjual yen. Investor ingat bagaimana pemilihan sebelumnya menyebabkan volatilitas.”

Koalisi Partai Demokrat Liberal Jepang dan mitranya, Komeito, berhasil meraih 215 kursi di DPR. Namun, mereka belum mencapai mayoritas 233 kursi. Para trader memprediksi hasil pemilu ini bisa menghasilkan pemerintahan yang lemah. Hal ini membuat Jepang berpotensi memasuki era kepemimpinan yang tidak stabil, terutama dalam menghadapi kenaikan suku bunga.

Shigeru Ishiba kini menjabat sebagai perdana menteri keempat Jepang dalam waktu sedikit lebih dari empat tahun. Ketidakstabilan politik yang terjadi diperkirakan akan membuat Bank Sentral Jepang lebih berhati-hati saat mengadakan rapat untuk menetapkan suku bunga pekan ini.

Sementara itu, dolar AS bersiap mencatatkan kenaikan bulanan terbesar dalam dua setengah tahun terakhir terhadap sejumlah mata uang utama. Kenaikan ini didorong oleh tanda-tanda kekuatan ekonomi AS. Spekulasi mengenai kemungkinan Donald Trump kembali memenangkan kursi kepresidenan juga mengangkat imbal hasil AS, yang diperkirakan akan menunda penurunan suku bunga.

Indeks dolar AS meroket 3,6% menjadi 104,46 selama bulan Oktober, mencatatkan kenaikan bulanan tertajam sejak April 2022. Saat ini, indeks berada di level 104,28.

Banyak analis percaya pasar semakin memprediksi kemenangan Partai Republik, di mana Trump akan kembali menjadi presiden dan partainya menguasai kedua majelis Kongres. 

Di sisi lain, euro naik 0,2% menjadi US$1,0816, meskipun masih turun hampir 3% sepanjang bulan ini. Analis memperingatkan bahwa euro bisa semakin merosot jika AS memberlakukan tarif dasar global, disertai dengan tarif lebih tinggi untuk China yang dapat memicu balasan dari negara lain.

Para trader kini mengalihkan perhatian pada laporan ketenagakerjaan AS bulan Oktober yang akan datang. Data ini diperkirakan terpengaruh oleh pemogokan di Boeing dan dua badai yang melanda wilayah tenggara AS.

Minggu depan, data inflasi untuk Eropa dan Australia, produk domestik bruto di AS, serta indeks manajer pembelian untuk China juga akan dirilis.

Peter Vassallo, manajer portofolio FX di BNP Paribas Asset Management, mengingatkan pasar untuk tetap waspada menjelang pemilu AS yang akan datang. Hari tenang seperti Senin mungkin tidak akan menjadi norma, karena “pergerakan liar yang tidak terduga mungkin terjadi” jika data ekonomi mengejutkan dan likuiditas pasar menurun.

Artikel Terkait

Dolar AS Melemah Tipis, tapi Masih Catat Kenaikan Dua Pekan Beruntun

STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS)...

Transaksi DNDF Tembus US$ 212 Juta per Hari, BI Luncurkan Matchmaking OIS

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan...

Merdeka Copper (MDKA) Rugi USD15,8 Juta per Juni 2025, Ini Penyebabnya

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) - PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA)...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Populer 7 Hari

Berita Terbaru