STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) melonjak terhadap mayoritas mata uang utama pada penutupan perdagangan Kamis (3/7/2025) waktu setempat atau Jumat pagi (4/7/2025) WIB. Penguatan ini terjadi setelah data ketenagakerjaan AS mencatat pertumbuhan lebih tinggi dari perkiraan, yang memicu spekulasi The Fed akan menunda pemangkasan suku bunga.
Mengutip CNBC International, greenback menguat 0,77% terhadap yen menjadi 144,78. Terhadap franc Swiss, dolar naik 0,58% ke level 0,797. Sementara itu, euro melemah 0,47% ke US$1,1743.
Kenaikan dolar juga sejalan dengan lonjakan imbal hasil obligasi pemerintah AS. Yield obligasi tenor 2 tahun naik 8,9 basis poin ke 3,88%. Sementara itu, yield obligasi 10 tahun naik 4,9 basis poin ke 4,342%.
Kekuatan dolar didorong oleh data non-farm payrolls yang melampaui ekspektasi. Ekonomi AS menambah 147.000 pekerjaan pada Juni. Angka ini jauh di atas perkiraan analis yang memproyeksikan 110.000.
Sementara itu, menjelang tenggat waktu tarif impor pada 9 Juli, Presiden Donald Trump mengumumkan kesepakatan dagang dengan Vietnam. Dalam pernyataannya, Trump mengatakan barang-barang dari Vietnam akan dikenakan tarif 20%. Untuk barang yang dikirim melalui Vietnam dari negara ketiga, tarifnya mencapai 40%.
Pengumuman ini membuat mata uang dong Vietnam jatuh ke level terendah sepanjang masa. Analis dari UBS memperkirakan beban tarif kemungkinan akan dialihkan ke eksportir, namun depresiasi dong yang dikendalikan bank sentral akan membantu menyeimbangkan dampaknya.
Negosiasi dengan negara lain masih berjalan lambat. Jepang menyebutkan alasan kepentingan nasional sebagai hambatan utama dalam pembicaraan. Di Korea Selatan, Presiden Lee Jae Myung mengungkapkan negosiasi dengan AS berlangsung sulit dan belum bisa memastikan apakah akan selesai sebelum Selasa depan.
Di Inggris, pound sterling dan obligasi pemerintah mulai stabil setelah mengalami tekanan pada Rabu. Pasar sempat terguncang oleh isu pergantian Menteri Keuangan Rachel Reeves.
“Walaupun Starmer berulang kali menyatakan dukungannya terhadap menteri keuangannya, kerusakan sudah terjadi. Pasar kini tidak lagi yakin disiplin anggaran di Inggris akan benar-benar dijaga,” ujar Antje Praefcke, analis FX di Commerzbank.