STOCKWATCH.ID (CHICAGO) – Harga emas dan perak dunia melonjak tajam pada perdagangan Senin (22/12/2025) waktu setempat atau Selasa pagi (23/12/2025) WIB. Kedua logam mulia ini kompak menyentuh rekor tertinggi baru. Kenaikan ini terjadi karena emas kembali dilirik sebagai aset lindung nilai di tengah ketidakpastian.
Mengutip CNBC International, harga emas berjangka untuk pengiriman Februari ditutup menguat 1,9% ke level US$ 4.469,40 per ons. Pada sesi perdagangan sebelumnya, harga sempat menyentuh rekor tertinggi di US$ 4.477,7 per ons.
Di pasar spot, harga emas ikut naik 1,99% ke posisi US$ 4.440,26 per ons. Sepanjang tahun ini, harga logam mulia tersebut sudah melonjak hampir 70%.
Kenaikan emas turut diikuti pergerakan harga perak. Logam ini terakhir tercatat berada di level rekor US$ 68,96 per ons. Sementara itu, harga perak spot diperdagangkan di kisaran US$ 68,98 per ons.
Sepanjang tahun berjalan, kenaikan harga perak terbilang sangat tajam. Sejak awal tahun, harga perak sudah melesat hingga 128%.
Di Amerika Serikat, saham-saham penambang emas dan perak ikut terangkat. iShares MSCI Global Gold Miners ETF terpantau naik hampir 2,7% pada perdagangan pra-pasar.
Kenaikan ini terjadi meski The Fed sudah memangkas suku bunga pada 10 Desember lalu. Investor global tampaknya kembali mengambil posisi bertahan. Mereka berusaha menyeimbangkan portofolio menghadapi spekulasi ekonomi tahun depan.
Defisit fiskal yang besar di AS, Inggris, Eropa, serta Jepang dan China menjadi pemicu utama. Matthew McLennan, Kepala Tim Nilai Global di First Eagle Investments menilai kondisi ini membuat nilai moneter emas kembali muncul.
“Nilai emas sebagai potensi lindung nilai moneter telah muncul kembali,” ujar McLennan kepada CNBC.
Ia menjelaskan perubahan persepsi pasar terhadap emas saat ini.
“Emas berubah dari tertekan relatif terhadap aset nominal yang ingin Anda gunakan sebagai lindung nilai potensial terhadapnya, menjadi dinilai lebih rasional. Dan saya pikir kompleks logam mulia lainnya mengikutinya lebih tinggi dengan beberapa leverage,” tambahnya.
Investor juga sedang mencermati pencalonan ketua The Fed berikutnya. Independensi bank sentral sedang dipertanyakan akibat tekanan Presiden AS Trump terhadap ketua saat ini, Jerome Powell.
McLennan menyoroti pentingnya kredibilitas fiskal AS dalam situasi ini.
“Apa yang sangat kami fokuskan di sini adalah kredibilitas fiskal jangka panjang Amerika Serikat, karena saya pikir itu adalah syarat utama untuk memiliki The Fed yang independen dan memiliki ketua yang rasional,” tegasnya.
Selain itu, inflasi upah juga menjadi perhatian pasar. McLennan melihat hubungan antara lowongan kerja dan pendapatan perusahaan sebagai faktor kunci ke depan.
