STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Sepanjang 2024, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat total penghimpunan dana sebesar Rp49,91 triliun. Dana ini berasal dari dua jenis aksi korporasi, yaitu Penambahan Modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) atau rights issue dan Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHMETD) atau private placement.
Menurut Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna, ada 15 perusahaan yang melakukan aksi korporasi dalam bentuk right issue. Total dana yang dihimpun mencapai Rp34,42 triliun. Sektor Financials dan Infrastructures menjadi penyumbang terbesar dengan masing-masing Rp14,15 triliun dan Rp13,15 triliun.
Di sisi lain, aksi korporasi berupa private placement dilakukan oleh 17 perusahaan. Total dana yang terkumpul sebesar Rp15,49 triliun. Sektor Consumer Non-Cyclicals mendominasi dengan kontribusi Rp6,61 triliun, disusul sektor Consumer Cyclicals sebesar Rp2,94 triliun.
“Mengenai penggunaan dana, pada umumnya perusahaan tercatat di sektor keuangan melakukan aksi korporasi “Dengan HMETD” sebagai upaya untuk peningkatan modal dan juga untuk memenuhi ketentuan modal inti minimum,” kata Nyoman, di Jakarta, Rabu (8/1/2025).
Nyoman menambahkan, “untuk sektor infrastruktur pada umumnya sebagai upaya untuk membiayai proyek yang sedang dikerjakan serta memperkuat struktur permodalan”.
Sementara itu, kata Nyoman, untuk memenuhi ketentuan free float, perusahaan tercatat biasanya melakukan aksi korporasi. Salah satu langkah yang sering diambil adalah divestasi oleh pemegang saham pengendali. “Tujuannya adalah untuk memperbesar porsi kepemilikan public,” imbuhnya.
8 Perusahaan Siap Rights Issue 2025
Berdasarkan catatan BEI, hingga 3 Januari 2025, belum ada perusahaan yang menerbitkan rights issue. Total dana yang terkumpul dari aksi korporasi ini masih Rp0. Namun, BEI menyebutkan ada 8 perusahaan yang masuk dalam pipeline rights issue tahun ini.
Nyoman menjelaskan rincian sektor dari pipeline rights issue tahun ini. Menurutnya, ada 3 perusahaan dari sektor Basic Materials, 2 perusahaan dari sektor Energy, 2 perusahaan dari sektor Healthcare, dan 1 perusahaan dari sektor Infrastructures.
Nyoman juga menyoroti sektor yang mendominasi pipeline ini. Data menunjukkan sektor Basic Materials memimpin dengan kontribusi 37,5%. Kemudian disusul sektor Healthcare dan Energy masing-masing 25%. Sektor Infrastructures menyusul dengan kontribusi 12,5%.