STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Andrew Wood, Direktur Sovereign Ratings S&P Global Ratings, mengemukakan, Indonesia memasuki lingkungan ekonomi global yang bergejolak dengan sikap fiskal yang konservatif dan tingkat utang pemerintah yang moderat. Hal itu dikemukakan Andrew terkait pandangan mengenai peringkat sovereign credit Indonesia.
Perekonomian yang relatif berorientasi domestik akan menjadi pelindung terhadap perlambatan perdagangan global, tetapi harga komoditas yang lebih rendah dapat terus menjadi penghambat pendapatan fiskal selama beberapa kuartal mendatang.
S&P Global Ratings memperkirakan Indonesia akan tetap berkomitmen pada defisit fiskal di bawah batas 3% dari PDB, meskipun ada beberapa tekanan ke atas saat ini yang berasal dari lemahnya pendapatan negara pada paruh pertama tahun 2025.
“Kami tidak memperkirakan peluncuran Danantara sebagai sovereign wealth fund akan berdampak langsung pada posisi fiskal Indonesia atau peringkat kredit negaranya,” kata Andrew.
Selanjutnya, terkait dengan pendirian Danantara dan dampaknya, Xavier Jean, Managing Director Corporate Ratings S&P Global Ratings, menyatakan, tata kelola dan implementasi akan menentukan apakah pendirian Danantara memiliki dampak kredit pada BUMN besar di Indonesia.
Peran dan tanggung jawab badan tata kelola, kualitas dan transparansi mekanisme tata kelola, dan keterbukaan informasi terkait dengan aktivitas investasi Danantara kemungkinan akan menjadi titik fokus untuk analisis kredit oleh S&P Global Ratings.
Sifat interaksi antara Pemerintah, Danantara, Kementerian terkait, dan para BUMN kemungkinan akan memengaruhi kemampuan dan kemauan pemerintah untuk memberikan dukungan finansial kepada sektor BUMN.
“Banyaknya pemangku kepentingan dari sisi publik dan swasta dapat memfasilitasi koordinasi dalam sektor milik negara Indonesia dan memperkuat tata kelola manajemen secara keseluruhan, atau sebaliknya menyebabkan pengambilan keputusan yang lebih lambat jika berbagai Lembaga memiliki tujuan yang saling bertentangan,” ungkap Xavier.
Sementara itu, dalam topik bahasan yang sama namun lebih berfokus pada dampak yang ditimbulkan pada sektor korporasi, Yogie Perdana, Kepala Divisi Pemeringkatan Non-Jasa Keuangan 2 PEFINDO, menyampaikan, dalam jangka pendek, mengingat terbatasnya informasi mengenai strategi dan kebijakan Danantara terhadap BUMN, tidak ada implikasi pemeringkatan langsung.