STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – PT Multitrend Indo Tbk (BABY), perusahaan di bidang perdagangan eceran pakaian dan mainan anak melangsungkan penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) dengan melepas 20,01% saham atau sebanyak 534 juta lembar saham pada 31 Agustus 2023 sampai dengan 05 September 2023. BABY menawarkan saham IPO sebesar Rp266 per saham baru, sehingga tambahan modal yang dapat diraih mencapai Rp142,04 miliar.
Menurut informasi tambahan dalam prospektus yang diumumkan, Kamis (31/8), dalam aksi korporasi ini, BABY dibantu oleh PT UOB Kay Hian Indonesia sebagai penajmin pelaksana emisi Efek.
Surat pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah diperoleh pada 30 Agustus 2023. Pencatatan saham (listing) BABY bernominal Rp25 per unit di Bursa Efek Indonesia (BEI) akan dilaksanakan pada 07 September 2023.
Bersamaan dengan IPO, Perseroan juga menerbitkan sebanyak 1,334 miliar saham biasa dalam rangka pelaksanaan Convertible Bond (CB) kepada Blooming Years Pte.Ltd yang diterbitkan berdasarkan Convertible Bond Subscription Agreement pada 22 Juli 2022 dengan harga pelaksanaan sama dengan harga penawaran pada tanggal penjatahan.
Pelaksanaan konversi CB tersebut setara dengan 50,01% dari total modal disetor penuh setelah IPO dan konversi CB. Dengan dilaksanakannya konversi CB dan terjualnya seluruh saham yang ditawarkan dalam IPO saham ini, maka persentase kepemilikan Masyarakat akan menjadi sebesar 20,01%.
Menurut manajemen BABY, pihaknya akan menggunakan dana hasil IPO sebesar 18,23% untuk pengembangan usaha dalam bentuk belanja modal, yaitu renovasi tempat untuk pembukaan 15 toko baru di Jabodetabek, Makassar, Bali, Surabaya dan Yogyakarta pada tahun 2023 dan 2024. Sisa dana IPO sebesar 81,77% untuk modal kerja Perseroan.
Sebagai informasi, penjualan BABY per Februari 2023 mencapai Rp162,41 miliar, naik 25,38% dari periode yang sama tahun 2022 sebesar Rp129,53 miliar. Perseroan mencatat laba kotor Rp74,43 miliar per Februari 2023, naik 20,71% dari Rp61,66 miliar per Februari 2022 kendati beban pokok penjualan meningkat 29,63% dari Rp67,87 miliar menjadi Rp87,98 miliar.
Di tengah kenaikan pendapatan, Perseroan masih merugi Rp5,19 miliar per Februari 2023, turun 67,25%, dari periode yang sama tahun 2022 sebesar Rp15,85 miliar. Rugi ini, antara lain karena peningkatan beban umum dan administrasi, serta beban penjualan pada semester I 2023.
