STOCKWATCH.ID (CHICAGO) – Harga emas dunia anjlok pada penutupan perdagangan hari Senin (2/12/2024) waktu setempat atau Selasa pagi (3/12/2024) WIB.
Mengutip CNBC International, emas spot tercatat turun 0,6% menjadi US$2.636,54 per ounce pada pukul 18:41 GMT, setelah sempat merosot hingga 1%. Kontrak berjangka emas AS juga melemah 0,8% dan ditutup di US$2.658,50.
Penguatan dolar AS menjadi tekanan utama bagi emas. Indeks dolar melonjak 0,7%, mencatatkan kenaikan harian terbesar dalam hampir empat minggu. Kenaikan ini membuat emas yang dihargai dalam dolar lebih mahal bagi pembeli dengan mata uang lain.
Dolar menguat setelah Presiden AS terpilih, Donald Trump, meminta negara-negara BRICS untuk tetap menggunakan dolar sebagai mata uang utama. Trump bahkan mengancam tarif hingga 100% bagi negara yang melanggar. Pernyataan ini memicu kekhawatiran bahwa suku bunga AS akan tetap tinggi lebih lama.
Selama November, emas turun 3%, penurunan bulanan terbesar sejak September 2023. Tekanan utama berasal dari ketidakpastian kebijakan suku bunga The Fed.
“Emas masih didukung oleh ketidakpastian geopolitik, tapi harga kemungkinan akan tetap bergejolak hingga akhir tahun,” ujar Peter Grant, analis senior dari Zaner Metals.
Pasar kini menanti data ekonomi AS yang akan dirilis minggu ini, termasuk laporan pekerjaan ADP dan non-farm payrolls. Pidato Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, juga menjadi sorotan.
Menurut BMI, risiko penurunan harga emas pada 2025 tetap tinggi. Mereka memprediksi volatilitas besar karena pendekatan hati-hati The Fed terhadap pemangkasan suku bunga.
Logam mulia lainnya juga mencatatkan pergerakan beragam. Harga perak spot turun 0,6% menjadi US$30,41 per ounce. Platinum naik tipis 0,1% menjadi US$946,25, sementara palladium naik 0,6% ke level US$984,75.