STOCKWATCH.ID (CHICAGO) – Harga emas kembali mencatat kenaikan signifikan pada penutupan perdagangan Jumat (20/12/2024) waktu setempat atau Sabtu pagi (21/12/2024) WIB. Data inflasi AS yang melemah serta turunnya dolar AS dan imbal hasil obligasi menjadi pemicu utama lonjakan ini.
Mengutip CNBC International, harga emas spot naik 1,1% menjadi US$2.623,36 per ons. Emas berjangka AS bahkan melonjak lebih tinggi, naik 1,4% menjadi US$2.643,2 per ons.
Pelemahan dolar AS sebesar 0,4% membuat emas lebih terjangkau bagi pembeli internasional. Di sisi lain, imbal hasil obligasi pemerintah AS juga turun dari level tertinggi dalam enam bulan terakhir, memberi dorongan tambahan bagi emas.
Indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE), salah satu indikator inflasi utama di AS, hanya naik 0,1% pada November. Angka ini lebih rendah dibandingkan kenaikan 0,2% pada Oktober.
“Data inflasi ini membawa kabar baik bagi pasar emas. Banyak investor kini kembali memperkuat posisi mereka di logam mulia,” ujar Phillip Streible, Kepala Strategi Pasar Blue Line Futures.
Ekspektasi terhadap kebijakan suku bunga Federal Reserve (Fed) juga berubah. Jika sebelumnya hanya dua kali pemangkasan suku bunga yang diperkirakan, kini muncul peluang tiga kali pemangkasan. Meski begitu, analis mengingatkan bahwa masih terlalu dini untuk memastikan hal ini.
Suku bunga yang lebih rendah biasanya membuat emas lebih menarik. Ini karena emas tidak memberikan imbal hasil seperti aset lainnya.
JP Morgan dalam laporannya menyatakan bahwa permintaan fisik emas tetap kuat. Mereka juga optimistis tahun 2025 bisa menjadi tahun positif untuk emas jika inflasi terus melambat dan Fed memiliki lebih banyak ruang untuk manuver kebijakan.
Tak hanya emas, logam mulia lainnya juga mencatatkan penguatan. Harga perak spot naik 1,7% menjadi US$29,52 per ons. Platinum naik 0,2% ke US$925,65 per ons. Palladium juga mencatat kenaikan 1,2% menjadi US$916,88 per ons.