STOCKWATCH.ID (CHICAGO) – Harga emas dunia anjlok lebih dari 2% pada penutupan perdagangan hari Senin (11/11/2024) waktu setempat atau Selasa pagi (12/11/2024) WIB. Penguatan tajam dolar AS membuat logam mulia ini semakin tidak menarik bagi investor luar negeri, sehingga menekan harga emas.
Mengutip CNBC International, emas spot tercatat turun 2,5% menjadi US$2.617,96 per ons. Emas berjangka AS juga merosot 2,9%, mencapai US$2.617,70. Penguatan dolar AS yang naik 0,5% dan mencapai level tertingginya sejak Juli semakin menambah tekanan pada harga emas.
Kemenangan Donald Trump dalam pemilu presiden AS minggu lalu turut memengaruhi pasar emas. Kemenangan ini mengalihkan perhatian pasar pada kebijakan ekonomi yang mungkin diambil, termasuk potensi tarif baru yang dapat meningkatkan permintaan dolar. Menurut Daniel Ghali, ahli strategi komoditas dari TD Securities, “Kenaikan dolar yang kuat menjadi beban bagi harga emas karena meningkatkan peluang Federal Reserve menunda pelonggaran kebijakannya.”
Emas juga mencatatkan minggu terburuknya dalam lebih dari lima bulan setelah Trump terpilih kembali. Hal ini menambah ketidakpastian bagi The Fed yang tengah mempertimbangkan pemotongan suku bunga, karena inflasi semakin mendekati target 2%.
Pada pekan lalu, The Fed memangkas suku bunga acuan 0,25% menjadi kisaran 4,5% hingga 4,75%. Saat ini, peluang pemotongan suku bunga 25 basis poin pada Desember mencapai 65%, menurun dari 80% sebelum kemenangan Trump. Pekan ini, beberapa pejabat The Fed, termasuk Ketua Jerome Powell, dijadwalkan untuk memberikan pandangan mereka. Selain itu, data ekonomi seperti indeks harga konsumen dan produsen, klaim pengangguran mingguan, serta penjualan ritel AS juga akan dirilis.
Sementara itu, harga perak juga turun 2,2% menjadi US$30,60 per ons. Meskipun permintaan perak diperkirakan tetap kuat pada 2024, ada upaya untuk mengurangi penggunaannya dengan mengganti perak dengan logam yang lebih murah.
