STOCKWATCH.ID (CHICAGO) – Harga emas dunia mencapai rekor tertinggi pada penutupan perdagangan hari Senin (20/5/2024) waktu setempat atau Selasa pagi (21/5/2024) WIB. Kombinasi dari ekspektasi pemotongan suku bunga di AS, langkah-langkah stimulus dari China, dan ketegangan geopolitik mendorong permintaan emas. Momentum ini juga membawa harga perak naik ke level tertinggi dalam lebih dari 11 tahun.
Mengutip CNBC International, harga emas spot naik 0,9% menjadi US$2.435,96 per ons setelah mencapai rekor tertinggi di US$2.449,89 pada sesi sebelumnya. Sementara itu, harga emas berjangka AS naik 0,9% menjadi US$2.438,50.
Menurut Daniel Pavilonis, analis senior di RJO Futures, inflasi yang tetap tinggi, beban utang di AS, dan kebutuhan untuk diversifikasi telah menciptakan “badai sempurna” yang menjaga pasar emas tetap kuat. Data minggu lalu menunjukkan bahwa harga konsumen AS naik lebih rendah dari yang diperkirakan pada bulan April. Ini memperkuat harapan untuk pemotongan suku bunga pada bulan September.
Suku bunga yang lebih rendah mengurangi biaya peluang untuk memegang emas yang tidak menghasilkan bunga. Sehingga, emas diuntungkan dari ketidakpastian pasar. Pavilonis memperkirakan harga emas akan mendekati US$2.500 dalam waktu dekat. Ini karena banyak orang takut kehilangan momentum kenaikan harga emas.
Peningkatan kepemilikan emas oleh bank sentral China turut mendukung kenaikan harga emas. Analis di Kitco Metals mencatat bahwa meningkatnya aversi risiko akibat kematian Presiden Iran, Ebrahim Raisi, dalam kecelakaan helikopter juga mendorong harga emas.
Beberapa analis juga mengaitkan lonjakan harga emas dengan pengumuman China tentang langkah-langkah “bersejarah” untuk menstabilkan sektor properti yang sedang krisis. China merupakan konsumen utama emas dan logam industri lainnya.
Harga perak spot naik 2,2% menjadi US$32,17 setelah mencapai level tertinggi dalam lebih dari 11 tahun.