STOCKWATCH.ID (CHICAGO) – Harga emas dunia anjlok lebih dari 1% pada penutupan perdagangan Senin (27/1/2025) waktu setempat atau Selasa pagi (28/1/2025) WIB. Penurunan ini terjadi karena para investor mulai melepas posisi mereka di tengah aksi jual besar-besaran di pasar saham global.
Mengutip CNBC International, harga emas spot turun 1,3% menjadi US$2.736,75 per ounce. Sementara itu, kontrak emas berjangka di AS ditutup lebih rendah, yakni turun 1,5% di level US$2.738,40 per ounce. Sebelumnya, harga emas sempat mendekati rekor tertinggi pada akhir pekan lalu.
Aksi jual besar ini dipicu oleh tingginya minat investor terhadap startup AI asal China, DeepSeek. Lonjakan minat ini menyebabkan tekanan di pasar saham, yang juga menyeret harga emas.
Di sisi lain, imbal hasil obligasi AS turun ke level terendah dalam tiga minggu, sementara indeks dolar berada di titik terendah sejak 18 Desember. Hal ini menunjukkan adanya pergerakan aset yang cenderung menghindari risiko.
Bart Melek, Kepala Strategi Komoditas di TD Securities, menjelaskan bahwa aksi jual ini lebih dipengaruhi oleh kondisi pasar saham secara keseluruhan, bukan oleh faktor suku bunga atau mata uang. “Ada sedikit tekanan likuiditas. Beberapa investor mungkin perlu mencairkan aset, termasuk emas, untuk memenuhi margin atau menutup kerugian di saham,” ungkapnya.
Aksi jual ini terjadi menjelang rapat kebijakan pertama Federal Reserve di tahun ini. Diperkirakan, Fed akan mempertahankan suku bunga tetap pada hari Rabu mendatang. Namun, perhatian investor kini tertuju pada petunjuk kebijakan di masa depan, terutama terkait kebijakan tarif yang diterapkan oleh mantan Presiden AS Donald Trump.
Peter Grant, Wakil Presiden dan Ahli Strategi Logam di Zaner Metals, menyatakan bahwa meskipun harga emas turun, permintaan untuk aset safe haven masih cukup kuat. “Ketidakpastian terkait kebijakan Trump akan terus mendukung harga emas, dan saya yakin emas akan mencetak rekor baru dalam waktu dekat,” katanya.