STOCKWATCH.ID (CHICAGO) – Harga emas dunia turun pada penutupan perdagangan Selasa (7/1/2025) waktu setempat atau Rabu pagi (8/1/2025) WIB. Penguatan dolar AS dan imbal hasil obligasi pemerintah memberi tekanan pada harga emas. Hal ini terjadi setelah data lowongan pekerjaan di AS menunjukkan semakin kecilnya kemungkinan pemangkasan suku bunga besar oleh Federal Reserve.
Mengutip CNBC International, harga emas tercatat naik 0,5%, menjadi US$2.647,59 per ons, setelah sempat naik lebih dari 1% sebelumnya. Emas berjangka AS juga naik 0,6%, ditutup pada harga US$2.662,60.
Peter Grant, Wakil Presiden Zaner Metals, mengatakan, “Lowongan pekerjaan yang lebih tinggi dari perkiraan, ditambah sektor jasa yang kuat, menunjukkan ekonomi AS tetap solid. Namun, ancaman inflasi bisa membuat Fed mempertahankan suku bunga tinggi hingga Maret.”
Dolar AS kembali menguat setelah data menunjukkan pasar tenaga kerja yang stabil dan sektor jasa yang kuat. Ini menunjukkan kemungkinan Federal Reserve akan memperlambat pemangkasan suku bunga.
Data menunjukkan lowongan pekerjaan di AS meningkat 259.000 menjadi 8,098 juta pada akhir November, meskipun laju perekrutan sedikit melambat.
Ketidakpastian mengenai kebijakan tarif menjelang pelantikan Presiden AS Donald Trump pada 20 Januari menambah kekhawatiran akan langkah kebijakan AS yang akan datang.
Investor kini mempertimbangkan skenario yang dapat memperburuk inflasi di AS akibat tarif baru. Ini membatasi kemampuan Fed untuk memangkas suku bunga, yang memberi tekanan pada harga emas.
Meskipun emas dikenal sebagai pelindung nilai terhadap inflasi, suku bunga tinggi mengurangi daya tariknya sebagai aset yang tidak memberikan hasil.
Pelaku pasar kini menunggu laporan pekerjaan AS pada Jumat mendatang untuk petunjuk kebijakan lebih lanjut. Selain itu, data pekerjaan ADP dan risalah rapat Fed bulan Desember juga akan dirilis pada hari Rabu.
Sementara itu, bank sentral China dilaporkan kembali menambah cadangan emas pada bulan Desember untuk bulan kedua berturut-turut. Menurut Ricardo Evangelista, analis senior di ActivTrades, “Pembelian China ini kemungkinan akan terus mendukung harga emas di masa depan.”