STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Harga minyak mentah dunia anjlok lebih dari 2% setelah reli selama tiga hari. Penurunan terjadi pada penutupan perdagangan Rabu (12/2/2025) waktu setempat atau Kamis pagi (13/2/2025) WIB. Pasar tertekan oleh lonjakan stok minyak mentah AS. Selain itu, pernyataan hawkish Ketua The Fed, Jerome Powell, semakin menambah tekanan. Powell mengisyaratkan bahwa pemangkasan suku bunga akan berjalan lebih lambat.
Mengutip CNBC International, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) jatuh US$1,95 atau 2,66% menjadi US$71,37 per barel, di New York Mercantile Exchange.
Adapun harga minyak mentah berjangka Brent, turun US$1,82 atau 2,36% mencapai US$75,18 per barel, di London ICE Futures Exchange. Padahal, dalam tiga hari terakhir, Brent sempat naik 3,6% dan WTI menguat 3,7%.
Analis Onyx Capital Group, Harry Tchilinguirian, mengatakan tekanan di pasar minyak kembali muncul setelah Powell menegaskan The Fed tidak terburu-buru menurunkan suku bunga. Pernyataan ini membuat investor berhati-hati karena suku bunga yang tinggi bisa memperlambat pertumbuhan ekonomi dan menekan permintaan minyak.
Di sisi lain, lonjakan stok minyak mentah AS makin memperburuk sentimen. Data American Petroleum Institute (API) menunjukkan stok minyak mentah AS naik 9,4 juta barel dalam sepekan hingga 7 Februari. Pasar kini menunggu laporan resmi dari Energy Information Administration (EIA) untuk memastikan angka tersebut.
Stok bensin AS turun 2,51 juta barel, sedangkan stok distilat berkurang 590.000 barel. Namun, kenaikan stok minyak mentah tetap menjadi perhatian utama, terutama karena ekspor minyak AS terdampak cuaca buruk dan perawatan kilang.
Selain itu, EIA memperkirakan produksi minyak AS akan meningkat lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya. Produksi diperkirakan mencapai 13,59 juta barel per hari pada 2025, naik dari estimasi sebelumnya 13,55 juta barel per hari.
Investor kini juga menunggu data inflasi AS yang akan dirilis pukul 13:30 GMT. Diperkirakan inflasi inti Januari melambat ke 3,1% secara tahunan, sementara inflasi utama tetap di 2,9%.
Pasar minyak masih bergejolak. Tekanan dari kenaikan stok minyak AS dan kebijakan The Fed membuat investor lebih berhati-hati. Dengan inflasi AS yang masih panas, jalan pemangkasan suku bunga bisa lebih panjang dari yang diharapkan.