STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Harga minyak mentah dunia kembali terjun bebas pada penutupan perdagangan Kamis (6/2/2025) waktu setempat atau Jumat pagi (7/2/2025) WIB. Pernyataan Presiden AS Donald Trump yang berjanji meningkatkan produksi minyak dalam negeri memicu kekhawatiran kelebihan pasokan.
Mengutip CNBC International, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) melemah 0,75% menjadi US$70,50 per barel, di New York Mercantile Exchange.
Adapun harga minyak mentah berjangka Brent, turun 0,58% mencapai US$74,18 per barel, di London ICE Futures Exchange.
Trump menegaskan bahwa AS akan memompa minyak hingga mencapai rekor tertinggi sepanjang sejarah. Pernyataan ini langsung menekan harga minyak global.
Sejak 15 Januari, harga minyak sudah turun sekitar 10%. Pasar makin bergejolak akibat kebijakan tarif AS yang terus berubah terhadap mitra dagangnya.
Sempat ada harapan harga minyak bisa naik. Ini terjadi setelah Departemen Keuangan AS menjatuhkan sanksi baru kepada individu dan perusahaan yang mengirim jutaan barel minyak Iran ke China.
Trump juga menegaskan niatnya membawa ekspor minyak Iran ke titik nol. “Peringatan sudah keluar. Siapa pun yang terlibat dalam perdagangan minyak Iran berisiko terkena sanksi,” kata analis Price Futures Group, Phil Flynn.
Di sisi lain, pasar minyak mendapat sedikit dorongan dari langkah Saudi Aramco. Perusahaan minyak Arab Saudi itu menaikkan harga jual minyak mentah ke pasar Asia mulai Maret.
Namun, sentimen negatif masih mendominasi. Sehari sebelumnya, harga minyak sempat rontok lebih dari 2% akibat lonjakan stok minyak mentah dan bensin di AS. Ini menjadi sinyal lemahnya permintaan global.
Investor juga terus mencermati dampak tarif baru AS-China, termasuk kebijakan tarif pada produk energi. Pasar minyak masih akan bergerak liar dalam beberapa waktu ke depan!