STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Harga minyak mentah dunia naik tipis pada penutupan perdagangan Jumat (27/6/2025) waktu setempat atau Sabtu pagi (28/6/2025) WIB. Tapi secara mingguan justru mencatat penurunan paling tajam dalam tiga tahun terakhir. Pasar mulai tenang setelah kekhawatiran soal konflik Iran-Israel mereda dan tak menyebabkan gangguan pasokan yang signifikan.
Mengutip CNBC International, harga minyak mentah berjangka Brent naik tipis 4 sen menjadi US$67,77 per barel, di London ICE Futures Exchange.
Adapun harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) menguat 28 sen atau 0,43% ke level US$65,52 per barel, di New York Mercantile Exchange.
Dalam 12 hari terakhir sejak serangan Israel ke fasilitas nuklir Iran pada 13 Juni, harga Brent sempat melambung ke atas US$80 per barel. Namun, setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan gencatan senjata antara Iran dan Israel, harga langsung turun ke kisaran US$67 per barel.
Selama sepekan, harga Brent anjlok 12%. Ini menjadi penurunan mingguan terbesar sejak Agustus 2022. Minyak WTI juga turun sekitar 11%, penurunan terburuk sejak Maret 2023.
“Pasar hampir sepenuhnya mengabaikan risiko geopolitik dari sekitar seminggu lalu. Kini kita kembali ke pasar yang digerakkan oleh fundamental,” kata analis Rystad Energy, Janiv Shah.
Menurut Shah, pelaku pasar kini fokus pada pertemuan OPEC+ yang dijadwalkan berlangsung 6 Juli mendatang. Dalam pertemuan tersebut, diperkirakan akan ada tambahan produksi sebanyak 411.000 barel per hari. Selain itu, indikator permintaan selama musim panas juga akan menjadi perhatian utama.
Analis senior dari Price Futures Group, Phil Flynn, mengatakan ekspektasi peningkatan permintaan juga mendongkrak harga minyak pada akhir pekan.
“Kita sedang mendapat dorongan permintaan pada harga minyak,” ujar Flynn.
Flynn menambahkan peluang berakhirnya perang 19 bulan antara Israel dan Hamas di Gaza serta potensi kesepakatan dagang antara AS, Eropa, dan China menjadi sinyal positif bagi pasar.
“Kalau kita dapat kesepakatan dagang dengan China, itu akan jadi hal yang sangat baik,” ucapnya.
Harga minyak juga terbantu oleh laporan-laporan persediaan minyak yang menunjukkan penurunan tajam pada produk sulingan menengah.
Data dari Badan Informasi Energi AS (EIA) pada Rabu menunjukkan bahwa persediaan minyak mentah dan bahan bakar turun selama pekan sebelumnya, seiring meningkatnya aktivitas penyulingan dan permintaan.
Sementara itu, laporan Kamis menunjukkan stok gasoil di pusat penyimpanan Amsterdam-Rotterdam-Antwerp (ARA) turun ke level terendah dalam lebih dari setahun. Di saat yang sama, stok produk sulingan menengah di Singapura juga menurun seiring naiknya ekspor bersih secara mingguan.
Dari sisi pasokan global, impor minyak Iran oleh China tercatat melonjak pada Juni. Hal ini terjadi karena pengiriman meningkat menjelang konflik Iran-Israel, serta permintaan dari kilang independen China yang membaik.
Sebagai importir minyak terbesar di dunia, China tercatat membeli lebih dari 1,8 juta barel per hari minyak Iran dari 1-20 Juni. Angka tersebut merupakan rekor tertinggi berdasarkan data perusahaan pelacak kapal Vortexa.