STOCKWATCH.ID (HOUSTON) – Harga minyak dunia bergerak tipis pada perdagangan Selasa (7/10/2025) waktu setempat atau Rabu pagi (8/10/2025) WIB. Investor masih mencermati keputusan OPEC+ yang menaikkan produksi dengan porsi lebih kecil dari perkiraan pasar di tengah kekhawatiran akan kelebihan pasokan global.
Mengutip CNBC International, kontrak berjangka Brent turun 2 sen atau 0,03% menjadi US$65,45 per barel, di London ICE Futures Exchange.
Adapun harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik 4 sen atau 0,06% ke level US$61,73 per barel, di New York Mercantile Exchange.
Kedua kontrak sempat naik lebih dari 1% pada sesi sebelumnya. Kenaikan itu terjadi setelah OPEC+, yang beranggotakan negara-negara OPEC bersama Rusia dan beberapa produsen kecil lainnya, sepakat menambah produksi sebesar 137.000 barel per hari mulai November.
Kenaikan tersebut ternyata lebih kecil dari perkiraan pasar. Analis ING menilai langkah ini mencerminkan sikap hati-hati OPEC+ terhadap potensi kelebihan pasokan minyak pada kuartal keempat tahun ini hingga tahun depan.
Sentimen pasar juga masih lesu setelah Arab Saudi tidak mengubah harga jual resmi minyak ke Asia. Padahal, banyak analis sebelumnya memperkirakan akan ada kenaikan harga. “Sentimen pasar tetap lemah, terutama setelah Arab Saudi memilih untuk mempertahankan harga jual resminya ke Asia tanpa perubahan,” kata Analis StoneX, Alex Hodes.
Dari Uni Emirat Arab, Abu Dhabi National Oil Company (ADNOC) menetapkan harga jual resmi minyak Murban untuk November di level US$70,22 per barel. Angka ini naik tipis dibanding harga Oktober sebesar US$70,10 per barel.
Dari sisi permintaan, konsumsi bahan bakar di India meningkat 7% pada September dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Data tersebut disampaikan oleh Petroleum Planning and Analysis Cell, lembaga di bawah Kementerian Perminyakan India.
Namun dari sisi pasokan, produksi minyak Amerika Serikat justru diperkirakan mencapai rekor baru sebesar 13,53 juta barel per hari tahun ini. Angka itu naik dari proyeksi sebelumnya sebesar 13,44 juta barel per hari, berdasarkan laporan Badan Informasi Energi AS (EIA).
EIA juga memproyeksikan persediaan minyak global akan terus meningkat hingga tahun depan. Pertumbuhan produksi dari negara-negara non-OPEC+ menjadi penyebab utama yang berpotensi menekan harga minyak dalam beberapa bulan mendatang.
JPMorgan mencatat stok minyak global, termasuk minyak yang disimpan di laut, bertambah sekitar 123 juta barel sepanjang September.
Di sisi lain, Tiongkok terus mempercepat pembangunan fasilitas penyimpanan minyak untuk memperbesar cadangan strategisnya, berdasarkan data publik dan sumber industri.
Faktor geopolitik juga masih menopang harga. Konflik antara Rusia dan Ukraina menimbulkan ketidakpastian pasokan energi. Kilang minyak Kirishi di Rusia bahkan harus menghentikan operasi unit distilasi utamanya setelah serangan drone dan kebakaran pada 4 Oktober. Pemulihan fasilitas ini diperkirakan memakan waktu sekitar satu bulan.
Investor kini menanti laporan stok minyak mingguan dari American Petroleum Institute (API) yang akan dirilis dalam waktu dekat. “Untuk saat ini pasar masih bergerak mendatar sambil menunggu data persediaan,” ujar Phil Flynn, analis senior Price Futures Group.