STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Harga minyak dunia kembali mengalami penurunan pada penutupan perdagangan Kamis (26/12/2024) waktu setempat atau Jumat pagi (27/12/2024) WIB. Meski China mengumumkan stimulus besar, penguatan dolar AS masih menjadi penghambat utama.
Mengutip CNBC International, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari 2025 melemah 0,68% atau 48 sen menjadi US$69,62 per barel, di New York Mercantile Exchange.
Adapun harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Februari 2025 turun 0,43% atau 32 sen mencapai US$73,26 per barel, di London ICE Futures Exchange.
China, konsumen minyak terbesar dunia, merilis rencana penerbitan obligasi senilai 3 triliun yuan (sekitar US$411 miliar) untuk 2024. Langkah ini diharapkan mendorong pemulihan ekonomi yang sedang melambat. “Stimulus ekonomi biasanya meningkatkan permintaan energi, sehingga harga minyak bisa naik,” ujar Tim Snyder, Kepala Ekonom Matador Economics.
Namun, efek positif stimulus ini tertahan oleh dolar AS yang terus menguat. Pekan lalu, dolar mencapai level tertinggi, membuat harga minyak lebih mahal bagi pembeli dengan mata uang lain.
American Petroleum Institute (API) melaporkan cadangan minyak mentah AS turun 3,2 juta barel pekan lalu. Kini, pasar menanti data resmi dari Energy Information Administration (EIA) yang akan dirilis Jumat. Survei Reuters memprediksi penurunan cadangan sebesar 1,9 juta barel, sementara stok bensin dan distilat diperkirakan masing-masing turun 1,1 juta barel dan 0,3 juta barel.
Sementara itu, jalur pengiriman minyak di Selat Bosphorus, Turki, kembali normal setelah sempat terganggu.
Meski World Bank menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi China untuk 2024 dan 2025, lesunya sektor properti serta rendahnya kepercayaan konsumen dan bisnis masih menjadi tantangan besar.
