STOCKWATCH.ID (HOUSTON) – Harga minyak mentah dunia ditutup menguat pada akhir perdagangan Rabu (27/8/2025) waktu setempat atau Kamis pagi (28/8/2025) WIB. Penguatan ini terjadi setelah stok minyak mentah Amerika Serikat turun lebih besar dari perkiraan, ditambah kebijakan tarif baru dari Washington terhadap India.
Mengutip CNBC International, kontrak berjangka Brent naik US$0,83 atau 1,23% menjadi US$68,05 per barel, di London ICE Futures Exchange.
Adapun harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) menguat US$0,90 atau 1,42% ke level US$64,15 per barel, di New York Mercantile Exchange.
Sehari sebelumnya, kedua kontrak sempat jatuh lebih dari 2%.
Badan Informasi Energi Amerika Serikat (EIA) mencatat persediaan minyak mentah turun 2,4 juta barel menjadi 418,3 juta barel pada pekan lalu. Angka ini lebih besar dibanding perkiraan analis yang memprediksi penurunan 1,9 juta barel.
Stok bensin juga menyusut 1,2 juta barel, meski lebih kecil dari proyeksi penurunan 2,2 juta barel. Sementara persediaan distilat, termasuk solar dan minyak pemanas, anjlok 1,8 juta barel. Padahal sebelumnya analis justru memperkirakan stok produk ini naik 885.000 barel.
“Angka permintaan bensin mendukung dan menunjukkan orang-orang bersiap untuk bepergian saat libur panjang Labor Day. Ini adalah puncak musim berkendara musim panas, sekaligus momen terakhir untuk penggunaan bensin campuran musim panas,” ujar Phil Flynn, Senior Analyst Price Futures Group.
Dari sisi kebijakan, Presiden Amerika Serikat Donald Trump resmi menggandakan tarif impor dari India hingga 50%. Tarif ini berlaku mulai Rabu sebagai respons atas pembelian minyak Rusia oleh India.
Meski dampak langsung ke ekspor India masih terbatas, Kementerian Keuangan India dalam laporan bulanan Juli menyebut efek berantai ke perekonomian tetap perlu diwaspadai.
Selain itu, ketegangan Rusia dan Ukraina kembali memberi tekanan. Rusia melancarkan serangan drone besar-besaran ke infrastruktur energi dan transportasi gas di enam wilayah Ukraina. Sebaliknya, Ukraina juga menyerang kilang minyak dan infrastruktur ekspor Rusia dalam beberapa hari terakhir.
Sumber Reuters menyebut Rusia bahkan merevisi rencana ekspor minyak dari pelabuhan barat naik 200.000 barel per hari pada Agustus setelah kilangnya terkena serangan pekan lalu.
Dari sisi moneter, Presiden Bank Sentral Federal Reserve New York, John Williams, menegaskan suku bunga kemungkinan akan diturunkan. Namun, keputusan baru bisa dibuat setelah melihat data ekonomi menjelang rapat The Fed pada 16-17 September.
Turunnya suku bunga biasanya menekan biaya pinjaman konsumen, mendongkrak pertumbuhan ekonomi, dan meningkatkan permintaan minyak.