STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Harga minyak mentah dunia melonjak lebih dari 3% pada penutupan perdagangan hari Senin (18/11/2024) waktu setempat atau Selasa pagi (19/11/2024) WIB. Kenaikan ini disebabkan oleh gangguan produksi di ladang minyak Johan Sverdrup di Norwegia dan meningkatnya ketegangan di konflik Rusia-Ukraina.
Mengutip CNBC International, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember 2024, naik US$2,14 atau 3,19%, mencapai US$69,16 per barel, di New York Mercantile Exchange.
Adapun harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Januari 2025, menguat US$2,26 atau 3,18%, menjadi US$73,30 per barel, di London ICE Futures Exchange.
Gangguan di ladang minyak Johan Sverdrup terjadi setelah pemadaman listrik di daratan. Ladang minyak ini merupakan salah satu yang terbesar di Eropa Barat. Operator Equinor mengonfirmasi bahwa pemulihan produksi sedang berlangsung, namun belum ada kepastian kapan produksi akan kembali normal.
Situasi ini menambah kekhawatiran tentang ketatnya pasokan minyak di Laut Utara. UBS memperkirakan gangguan ini bisa berdampak pada pasar fisik minyak mentah, yang menjadi dasar kontrak berjangka Brent.
Selain masalah produksi, ketegangan geopolitik juga memanas. Pemerintah AS di bawah Presiden Joe Biden mengizinkan Ukraina menggunakan senjata buatan AS untuk menyerang wilayah Rusia. Keputusan ini mendapat respons keras dari Kremlin, yang memperingatkan akan adanya risiko konfrontasi besar dengan NATO.
Menurut Tony Sycamore, analis energi dari IG Markets, ketegangan ini berpotensi mendorong harga minyak lebih tinggi. “Jika Ukraina mulai menyerang infrastruktur minyak Rusia, harga minyak bisa melonjak tajam,” katanya.
Meski demikian, harga minyak sempat turun pekan lalu akibat data yang lemah dari kilang di China. Badan Energi Internasional (IEA) juga memperkirakan pasokan minyak global bisa melebihi permintaan hingga 1 juta barel per hari pada 2025.
Saat ini, pasar terus memantau perkembangan situasi di Ukraina dan upaya pemulihan produksi di Norwegia. Ketidakpastian ini menunjukkan betapa rentannya pasar energi di tengah gejolak global.