STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Harga minyak dunia melonjak tajam pada penutupan perdagangan Kamis (21/5/2024) waktu setempat atau Jumat pagi (22/5/2024) WIB. Ini dipicu oleh ketegangan yang kembali memanas antara Rusia dan Ukraina. Serangan rudal balasan Rusia mempengaruhi pasar, mengalahkan dampak dari kenaikan stok minyak mentah AS yang lebih tinggi dari perkiraan.
Mengutip Reuters, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember 2024 naik US$1.35 atau 1.96%, berakhir di US$70.10 per barel di New York Mercantile Exchange.
Adapun harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Januari 2024 menguat US$1.44 atau 1.98%, ditutup di harga US$74.25 per barel, di London ICE Futures Exchange.
Serangan terbaru menambah ketegangan serius dalam konflik yang telah berlangsung selama lebih dari 1.000 hari. Ukraina meluncurkan rudal jelajah buatan Inggris ke Rusia, yang dibalas dengan rudal balistik antarbenua oleh Moskow. Ini adalah kali pertama Rusia menggunakan senjata canggih tersebut dalam perang ini.
Menurut analis ING, risiko terbesar bagi pasar minyak adalah jika Ukraina menyerang infrastruktur energi Rusia. Tindakan tersebut berpotensi memicu respons tak terduga dari Moskow.
Di sisi lain, OPEC+ berpotensi menunda rencana peningkatan produksi minyak dalam pertemuan 1 Desember mendatang. Hal ini disebabkan oleh lemahnya permintaan global. Kelompok produsen minyak ini, yang menyuplai sekitar 50% pasokan minyak dunia, semula berencana mengurangi produksi secara bertahap hingga akhir 2024.
Namun, meskipun OPEC+ memangkas produksi, Badan Energi Internasional (IEA) melaporkan bahwa pasokan minyak global diperkirakan tetap melebihi permintaan pada 2025.
Dari AS, stok minyak mentah meningkat 545.000 barel menjadi 430.3 juta barel pekan lalu, melebihi ekspektasi analis. Stok bensin juga naik lebih tinggi dari perkiraan, sementara persediaan distilat mengalami penurunan besar.
Ketegangan geopolitik dan kebijakan produksi minyak menjadi faktor utama yang menggerakkan harga minyak saat ini. Para pelaku pasar terus memantau perkembangan konflik yang bisa mempengaruhi pasokan energi global.
