STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Harga minyak mentah dunia mengalami kenaikan tipis pada penutupan perdagangan hari Rabu (2/10/2024) waktu setempat atau Kamis pagi (3/10/2024) WIB. Ini didorong oleh meningkatnya ketegangan antara Israel dan Iran. Konflik di Timur Tengah semakin memanas setelah Iran meluncurkan serangan misil balistik terhadap Israel. Ancaman balasan “menyakitkan” dari Israel pun semakin menambah kekhawatiran pasar.
Mengutip CNBC International, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November naik 27 sen atau 0,39% menjadi US$70,10 per barel, di New York Mercantile Exchange.
Adapun harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Desember bertambah 34 sen atau 0,46% mencapai US$73,90 per barel, di London ICE Futures Exchange.
Pada awal perdagangan, harga minyak mentah AS sempat melonjak hampir 4%. Kekhawatiran meningkat bahwa Israel mungkin akan menargetkan infrastruktur minyak Iran sebagai bagian dari respons terhadap serangan tersebut. Namun, kenaikan harga ini mulai melambat setelah laporan stok minyak AS menunjukkan adanya peningkatan persediaan.
Data dari Energy Information Administration (EIA) mengungkapkan bahwa persediaan minyak AS naik sebesar 3,9 juta barel pekan lalu. Sementara itu, persediaan bensin juga meningkat sebanyak 1,1 juta barel. Kenaikan stok ini sedikit menekan harga minyak, meskipun ketegangan geopolitik seharusnya mendorong harga lebih tinggi.
Di tengah situasi yang memanas, Israel mengeluarkan peringatan akan memberikan balasan keras terhadap Iran. Duta Besar Israel untuk PBB, Danny Danon, menegaskan bahwa respons dari Israel akan sangat menyakitkan bagi Iran, mengingat serangan misil yang telah dilakukan.
Beberapa analis memperkirakan bahwa putaran balasan berikutnya bisa menyasar sektor minyak. Jika Israel menyerang kapasitas minyak Iran atau kelompok proksi Iran menargetkan pengiriman minyak dari Teluk Persia, pasar energi bisa mengalami gejolak lebih lanjut.
Namun, meskipun ketegangan geopolitik sedang meningkat, beberapa analis percaya dampaknya terhadap pasokan minyak global masih terbatas. Menurut analis Goldman Sachs, Yulia Zhestkova Grigsby, pasokan minyak global yang cukup besar serta produksi yang belum terganggu secara signifikan membuat risiko kenaikan harga tetap terkendali.
Di sisi lain, OPEC+ masih berencana untuk meningkatkan produksi minyak pada bulan Desember mendatang. Produksi minyak AS juga terus mencapai rekor tertinggi. Selain itu, permintaan minyak dari China, importir terbesar di dunia, masih lemah sepanjang tahun ini, yang turut menekan harga minyak di pasar global.