STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Harga minyak mentah dunia melonjak hampir 3% pada penutupan perdagangan hari Senin (4/11/2024) waktu setempat atau Selasa pagi (5/11/2024) WIB. Kenaikan ini disebabkan oleh keputusan OPEC+ untuk menunda rencana peningkatan produksi selama satu bulan.
Mengutip CNBC International, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember mengalami kenaikan sebesar US$1,98 atau 2,85%, menjadi US$71,47 per barel, di New York Mercantile Exchange.
Adapun harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Januari naik US$1,98 atau 2,71%, menuju level US$75,08per barel, di London ICE Futures Exchange.
OPEC+, yang terdiri dari negara-negara OPEC dan Rusia serta sekutunya, memperpanjang pemotongan produksi sebesar 2,2 juta barel per hari (bpd) hingga bulan Desember. Keputusan ini diambil karena adanya penurunan harga dan permintaan yang lemah. Rencana awal untuk meningkatkan produksi sebesar 180.000 bpd dari bulan Desember pun ditunda.
Giovanni Staunovo, analis UBS, menyatakan bahwa OPEC+ ingin melihat dampak dari pemotongan suku bunga di AS serta kebijakan fiskal dan moneter yang lebih longgar di China. “Mereka juga menunggu kepastian mengenai presiden AS yang baru dan dampak pemotongan kompensasi dari negara-negara yang sebelumnya memproduksi melebihi kuota,” ungkapnya.
OPEC+ berencana untuk secara bertahap mengurangi pemotongan 2,2 juta bpd dalam beberapa bulan ke depan. Namun, pemotongan tambahan sebesar 3,66 juta bpd akan tetap berlaku hingga akhir 2025.
Sebelumnya, harga Brent dan WTI mengalami penurunan sekitar 4% dan 3% secara mingguan akibat lonjakan produksi di AS. Namun, kedua kontrak minyak ini mengalami sedikit kenaikan pada hari Jumat setelah muncul laporan bahwa Iran mungkin akan melancarkan serangan balasan terhadap Israel.
Pasar juga bersiap menghadapi pemilihan presiden AS yang akan berlangsung pada hari Selasa. Survei menunjukkan persaingan ketat antara Wakil Presiden Demokrat Kamala Harris dan mantan Presiden Republik Donald Trump.
Ekonom memperkirakan Federal Reserve AS akan memotong suku bunga sebesar 25 basis poin pada hari Kamis. Analis memperingatkan bahwa volatilitas harga minyak kemungkinan akan tinggi pekan ini, seiring menunggu respon Iran terhadap serangan Israel, hasil pemilihan AS, dan keputusan suku bunga bank sentral.
Di China, Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional akan mengadakan pertemuan mulai hari ini hingga Jumat. Mereka diharapkan menyetujui stimulus tambahan untuk mendukung perekonomian yang melambat, meskipun sebagian besar dana kemungkinan akan digunakan untuk mengurangi utang pemerintah daerah.