STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Harga minyak mentah dunia naik tajam pada penutupan perdagangan Senin (2/6/2025) waktu setempat atau Selasa pagi (3/6/2025) WIB. Peningkatan ini terjadi setelah pelaku pasar merespons positif keputusan OPEC+ yang menaikkan produksi secara bertahap.
Mengutip CNBC International, harga minyak mentah berjangka Brent menguat US$1,85 atau 2,95% menjadi US$64,63 per barel, di London ICE Futures Exchange.
Adapun harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik US$1,73 atau 2,85% ke level US$62,52 per barel, di New York Mercantile Exchange.
Kenaikan harga ini terjadi setelah OPEC+ memastikan bakal menambah produksi sebesar 411.000 barel per hari pada Juli. Ini menjadi bulan ketiga berturut-turut OPEC+ menaikkan produksi dengan jumlah yang sama.
Langkah ini meredakan kekhawatiran pelaku pasar yang sempat waswas OPEC+ akan menambah pasokan lebih agresif.
“Pasar sempat khawatir proses pelonggaran akan berjalan lebih cepat,” kata Giovanni Staunovo, analis komoditas di UBS. “Untuk saat ini, pasar minyak masih ketat, yang berarti masih bisa menyerap tambahan pasokan.”
OPEC+ saat ini sedang mengembalikan pasokan minyak ke pasar setelah sebelumnya memangkas produksi sebesar 2,2 juta barel per hari. Sejauh ini, kelompok tersebut telah menyepakati pengembalian 1,2 juta barel per hari dari total pemangkasan itu.
Menurut Peter Boockvar, Chief Investment Officer di Bleakley Financial Group, OPEC+ kemungkinan sedang menyesuaikan kuota produksinya agar sesuai dengan output aktual mereka.
Di sisi lain, jumlah rig minyak di Amerika Serikat terus menurun sepanjang Mei. Jumlah rig saat ini menjadi yang terendah sejak 2021. Hal ini turut menjadi faktor pendorong harga.
Boockvar mengatakan penurunan produksi dari produsen shale seperti Diamondback Energy bisa menjadi titik balik. “Kita sedang melihat proses di mana harga rendah justru akan memperbaiki dirinya sendiri,” ujarnya kepada CNBC. “Harga minyak di kisaran US$60 ini terlalu murah, dan kita akan segera melihat titik balik naik.”
Meski begitu, harga minyak mentah AS masih tercatat turun hampir 13% sejak awal tahun. Kenaikan pasokan serta kekhawatiran permintaan akibat kebijakan tarif Presiden Donald Trump menjadi beban bagi pasar.
Goldman Sachs memperkirakan OPEC+ akan menambah produksi lagi sebesar 411.000 barel per hari pada Agustus. Bank investasi tersebut memproyeksikan surplus pasokan sebesar 1 juta barel per hari tahun ini dan 1,5 juta barel per hari pada 2026.
Untuk tahun ini, Goldman mempertahankan proyeksi harga minyak mentah AS di level US$56 per barel dan Brent di US$60. Namun pada 2026, harga diperkirakan turun menjadi US$52 untuk minyak AS dan US$56 untuk Brent.
Pasar kini menanti arah selanjutnya dari kebijakan OPEC+ serta perkembangan produksi di Amerika Serikat.