STOCKWATCH.ID (HOUSTON) – Harga minyak dunia naik lebih dari 1% pada perdagangan Senin (6/10/2025) waktu setempat atau Selasa pagi (7/10/2025) waktu Indonesia. Peningkatan harga komoditas ini terjadi setelah OPEC+ mengumumkan kenaikan produksi yang lebih kecil dari perkiraan. Langkah ini meredakan kekhawatiran pasar terhadap potensi kelebihan pasokan, meski prospek permintaan yang lemah masih membatasi kenaikan harga dalam waktu dekat.
Mengutip CNBC International, kontrak berjangka Brent naik 94 sen atau 1,46% ke level US$65,47 per barel, di London ICE Futures Exchange.
Adapun harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) menguat 81 sen atau sekitar 1,33% menjadi US$61,69 per barel, di New York Mercantile Exchange.
“Pasar sebelumnya memperkirakan kenaikan produksi yang lebih besar dari OPEC+, seperti yang terlihat dari struktur harga minggu lalu,” kata analis Rystad, Janiv Shah. “Namun, tambahan produksi sebesar 137.000 barel per hari justru memperburuk keseimbangan pasokan yang sudah berlebih untuk kuartal IV 2025 dan 2026.”
Pada Minggu sebelumnya, Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) bersama Rusia dan sejumlah produsen kecil lainnya sepakat menambah produksi mulai November sebesar 137.000 barel per hari. Jumlah itu sama seperti peningkatan pada bulan Oktober di tengah kekhawatiran akan kelebihan pasokan global.
Sumber yang dekat dengan pertemuan menyebutkan Rusia mendorong kenaikan produksi sebesar 137.000 barel per hari agar harga minyak tidak turun tajam. Namun, Arab Saudi sempat mengusulkan kenaikan dua hingga empat kali lipat dari angka tersebut untuk merebut kembali pangsa pasar.
Analis PVM Oil Associates, Tamas Varga, mengatakan kenaikan kecil produksi ini terjadi di tengah meningkatnya ekspor Venezuela, kembalinya aliran minyak Kurdi melalui Turki, serta banyaknya minyak Timur Tengah yang belum terjual untuk pengiriman November.
Arab Saudi juga mempertahankan harga jual resmi minyak Arab Light ke Asia tanpa perubahan. Sumber di industri penyulingan Asia menyebut mereka semula memperkirakan harga akan naik sedikit, namun ekspektasi itu memudar setelah pasokan minyak dari Timur Tengah meningkat dan menekan premi harga ke level terendah dalam 22 bulan.
Dalam waktu dekat, beberapa analis memperkirakan musim perawatan kilang yang akan segera dimulai di kawasan Timur Tengah juga dapat menahan kenaikan harga minyak.
Shah menambahkan penimbunan cadangan minyak oleh Tiongkok, risiko geopolitik, serta rute perdagangan yang tidak efisien akibat sanksi turut menopang harga acuan minyak.
Meski begitu, ekspektasi permintaan yang lemah masih menjadi faktor utama yang menahan kenaikan harga. “Tanpa adanya sentimen positif baru dan dengan ketidakpastian prospek permintaan yang meningkat, harga minyak kemungkinan akan tetap terbatas meskipun kenaikan produksi OPEC+ lebih kecil dari perkiraan,” ujar analis Phillip Nova, Priyanka Sachdeva.