STOCKWATCH.ID (HOUSTON) – Harga minyak mentah dunia ditutup menguat pada akhir perdagangan Selasa (2/8/2025) waktu setempat atau Rabu pagi (3/9/2025) WIB. Pasar menimbang risiko pasokan dari Rusia serta dampak kebijakan Amerika Serikat terhadap konsumen utama minyak.
Mengutip CNBC International, kontrak berjangka Brent untuk pengiriman November naik 99 sen atau 1,45% menjadi US$69,14 per barel, di London ICE Futures Exchange.
Adapun harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk Oktober menguat US$1,58 atau 2,47% ke level US$65,59 per barel, di New York Mercantile Exchange. WTI tidak diperdagangkan sehari sebelumnya karena libur Hari Buruh di AS.
Ketegangan Rusia dan Ukraina ikut memperbesar kekhawatiran pasar. Reuters melaporkan serangan drone Ukraina menutup fasilitas yang mencakup sekitar 17% kapasitas pengolahan minyak Rusia. CNBC menegaskan pihaknya tidak dapat memverifikasi laporan itu secara independen.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menulis di media sosial akan melancarkan “serangan mendalam baru” terhadap Rusia. Ia tidak merinci langkah yang dimaksud. Seruan itu muncul di tengah macetnya upaya AS dan Eropa mendorong Presiden Vladimir Putin duduk di meja perundingan gencatan senjata.
Dari sisi geopolitik lain, Washington meningkatkan tekanan tidak langsung dengan mengenakan tarif baru pada barang impor asal India. Langkah itu dinilai sebagai protes atas pembelian minyak Rusia oleh New Delhi. Pemerintah India menolak kebijakan tersebut dan menyebutnya “tidak adil, tidak masuk akal, dan tidak dapat dibenarkan.”
Presiden AS Donald Trump juga semakin keras dalam retorikanya terhadap India. Ia menyebut hubungan dagang kedua negara sebagai “bencana sepihak yang total.”
Meski begitu, AS belum menargetkan China yang merupakan importir minyak terbesar dunia sekaligus pembeli utama minyak Rusia sejak sanksi G7 berlaku. Pekan ini, Vladimir Putin, Presiden China Xi Jinping, dan Perdana Menteri India Narendra Modi bertemu dalam forum puncak Shanghai Cooperation Organization yang memperlihatkan soliditas negara-negara Selatan Global.
Dari sisi pasokan, investor menunggu hasil pertemuan delapan anggota OPEC+ pada 7 September. Kelompok ini terdiri dari Rusia, Arab Saudi, Aljazair, Irak, Kazakhstan, Kuwait, Oman, dan Uni Emirat Arab.
“Kami percaya, sama seperti pasar pada umumnya, kelompok ini akan mempertahankan level produksi untuk Oktober,” tulis analis ING pada Selasa. “Skala surplus hingga tahun depan membuat kecil kemungkinan ada tambahan pasokan. Risiko yang lebih besar justru OPEC+ kembali memangkas produksi karena kekhawatiran surplus.”
Selain pasokan, pelaku pasar juga menanti rilis laporan tenaga kerja AS bulan Agustus pekan ini. Data itu bisa memengaruhi keputusan suku bunga The Federal Reserve pada 16-17 September. Penurunan suku bunga berpotensi melemahkan dolar AS dan meningkatkan permintaan komoditas, termasuk minyak.