STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Harga minyak dunia kompak naik hampir 2% pada penutupan perdagangan Selasa (23/4/2024) waktu setempat atau Rabu pagi (24/4/2024) WIB. Ini dipicu oleh lemahnya data manufaktur yang bisa mempercepat pemotongan suku bunga.
Mengutip CNBC International, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni meningkat US$1,46, atau 1,78% menjadi US$83,36 per barel, di New York Mercantile Exchange. Sejak awal tahun ini, minyak mentah AS tersebut naik lebih dari 16%.
Adapun harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juni 2024 bertambah US$1,42, atau 1,63% menjadi US$88,42 per barel, di London ICE Futures Exchange. Sejak awal tahun ini, patokan global tersebut naik hampir 15%.
Menurut data dari S&P Global Flash U.S. Composite PMI, aktivitas manufaktur AS menurun ke titik terendah dalam empat bulan pada April, mencapai angka 49,9. Angka di bawah 50 menunjukkan bahwa aktivitas sedang mengalami kontraksi.
Kenaikan harga minyak terjadi setelah data tersebut. Ini karena para trader melihat perlambatan aktivitas manufaktur sebagai alasan bagi Federal Reserve untuk memangkas suku bunga tahun ini. Biaya pinjaman yang lebih rendah biasanya memicu pertumbuhan ekonomi. Alhasil, itu meningkatkan permintaan terhadap minyak mentah.
Phil Flynn, seorang analis pasar senior di Price Futures Group, menyatakan bahwa harapan baru akan pemotongan suku bunga memberikan “gairah baru bagi pasar minyak, terutama setelah mengalami penurunan yang cukup signifikan.”
Harga minyak naik setelah WTI mencapai level sesi terendah sebesar US$80,89 per barel pada pagi hari, merupakan titik terendah sejak akhir Maret. Selain itu, harga minyak AS juga sempat jatuh di bawah rata-rata pergerakan 50 hari sebesar US$81,22 per barel untuk pertama kalinya sejak awal Februari.
Namun, harga minyak AS tetap berada di bawah level tertinggi tahun ini sebesar US$87,62. Pada saat itu, harga meningkat karena ketakutan akan eskalasi konflik antara Iran dan Israel. Namun, kekhawatiran tersebut kini telah mereda karena Iran dan Israel telah menunjukkan ketidakminatannya dalam perang yang lebih luas setelah saling serang awal bulan ini.