Rabu, Oktober 8, 2025
32.9 C
Jakarta

Harga Minyak Turun 2%, Terendah dalam 4 Bulan karena Pasokan Melimpah

STOCKWATCH.ID (HOUSTON) – Harga minyak mentah dunia kembali melemah pada perdagangan Kamis (2/10/2025) waktu setempat atau Jumat pagi (3/10/2025) WIB. Harga komoditas ini anjlok sekitar 2% dan menutup perdagangan di level terendah dalam empat bulan.

Mengutip CNBC International, kontrak berjangka Brent turun US$1,24 atau 1,9% menjadi US$64,11 per barel, di London ICE Futures Exchange. Angka ini menjadi posisi terendah sejak Juni.

Adapun harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) jatuh US$1,30 atau 2,1% ke level US$60,48 per barel, di New York Mercantile Exchange. Angka ini terendah sejak 30 Mei.

Pelemahan harga terjadi di tengah kekhawatiran pasar akan kelebihan pasokan. Investor juga menanti hasil pertemuan OPEC+ akhir pekan ini.

Tiga sumber yang mengetahui pembicaraan menyebut OPEC+ bisa saja menyetujui peningkatan produksi hingga 500.000 barel per hari pada November. Jumlah itu tiga kali lipat dari kenaikan produksi Oktober. Saudi Arabia disebut ingin merebut kembali pangsa pasar.

Kekhawatiran ini semakin tajam setelah ada prediksi “banjir minyak” dari beberapa analis. Jorge Montepeque, Managing Director Onyx Capital Group, menjelaskan sentimen pasar tertekan oleh proyeksi tersebut.

“Beberapa bank, seperti Macquarie, mengeluarkan prediksi akan terjadi super glut di pasar minyak, yang memengaruhi sentimen,” ujarnya.

Firma riset investasi HFI Research juga menilai prospek pasar minyak semakin lemah. “US oil inventories akan terus meningkat hingga akhir tahun, dan persediaan global yang terlihat juga akan bertambah. Ditambah ekspor minyak mentah OPEC+ yang lebih tinggi, hasil akhirnya adalah pasar minyak yang makin lemah,” tulis HFI Research dalam blognya.

Data Administrasi Informasi Energi (EIA) Amerika Serikat menunjukkan persediaan minyak mentah, bensin, dan distilat meningkat pekan lalu. Penyebabnya adalah aktivitas kilang dan permintaan yang melemah.

Analis PVM Energy menambahkan persoalan ini semakin kompleks dengan tanda-tanda permintaan yang juga lesu. “Ramalan permintaan minyak sangat bervariasi, namun rata-rata menunjukkan angka tahun ini direvisi turun 150.000 barel per hari antara Januari dan September,” tulis analis PVM.

Di sisi lain, tekanan juga datang dari politik global. Menteri keuangan negara-negara G7 menyatakan akan menambah tekanan pada Rusia dengan menarget pihak yang masih membeli minyak Rusia.

Pemerintah Amerika Serikat bahkan berencana membantu Ukraina dengan intelijen untuk serangan rudal jarak jauh ke infrastruktur energi Rusia. Wall Street Journal menyebut langkah ini bertujuan melemahkan pemasukan Kremlin dari minyak.

Namun analis UBS Giovanni Staunovo mengingatkan pasar tidak perlu terburu-buru. “Ada kekhawatiran pasokan minyak Rusia terganggu. Tapi selama belum ada gangguan nyata, dampaknya pada harga akan tetap kecil,” katanya.

Permintaan minyak dari China ikut menahan pelemahan lebih dalam. Sebagai importir minyak mentah terbesar di dunia, aksi penimbunan minyak oleh China memberi sedikit dukungan harga.

Sementara itu, Colonial Pipeline, jaringan pipa bahan bakar terbesar di AS, kembali beroperasi setelah sempat berhenti karena masalah teknis. Perusahaan menyebut penghentian operasi itu hanya sementara.

Artikel Terkait

Emas Sentuh Harga Tertinggi Sepanjang Sejarah: US$4.000 per Ons

STOCKWATCH.ID (CHICAGO) – Harga emas dunia kembali jadi sorotan. Pada...

Harga Minyak Dunia Bergerak Tipis, Pasar Waspadai Lonjakan Pasokan dan Produksi AS

STOCKWATCH.ID (HOUSTON) – Harga minyak dunia bergerak tipis pada...

Harga Emas Tembus Rekor Baru di Atas $3.900 per Ons, Pasar Yakin The Fed Akan Turunkan Suku Bunga

STOCKWATCH.ID (CHICAGO) – Harga emas dunia melonjak ke rekor tertinggi...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Populer 7 Hari

Berita Terbaru