STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Harga minyak mentah dunia kembali turun pada akhir perdagangan Rabu (23/7/2025) waktu setempat atau Kamis pagi (24/7/2025) WIB. Ini menjadi penurunan keempat secara beruntun. Sentimen pasar masih terfokus pada perkembangan negosiasi dagang global.
Mengutip CNBC International, kontrak berjangka Brent turun 8 sen ke level US$68,51 per barel, di London ICE Futures Exchange.
Adapun harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) melemah 6 sen menjadi US$65,25 per barel, di New York Mercantile Exchange.
Sehari sebelumnya, kedua acuan minyak utama itu sudah turun sekitar 1%. Tekanan datang setelah Uni Eropa menyatakan sedang mempertimbangkan aksi balasan terhadap tarif impor dari Amerika Serikat.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyampaikan pada Selasa lalu bahwa AS dan Jepang telah mencapai kesepakatan dagang yang mencakup tarif 15% untuk produk impor dari Jepang.
Namun, kabar ini belum cukup kuat untuk mengangkat harga minyak secara signifikan. Menurut pendiri Vanda Insights, Vandana Hari, pasar masih terbebani sentimen negatif dari negosiasi yang lebih besar.
“Penurunan harga selama tiga sesi terakhir tampaknya mulai mereda, tapi saya tidak melihat ada dorongan kuat dari berita kesepakatan dagang AS-Jepang, karena hambatan dan penundaan dalam pembicaraan dengan Uni Eropa dan China masih akan membebani sentimen,” ujar Vandana seperti dikutip Reuters.
Komisi Eropa berencana mengajukan persetujuan kepada negara-negara anggota untuk menerapkan tarif balasan terhadap barang-barang asal AS senilai 93 miliar euro atau sekitar US$109 miliar. Meski begitu, fokus utama mereka adalah mencari solusi melalui negosiasi guna menghindari tarif AS sebesar 30%.
Pasar juga menanti rilis data stok minyak mentah AS dari Energy Information Administration (EIA) yang dijadwalkan keluar pada Rabu malam.
Dari sisi pasokan fisik, pemuatan minyak mentah Azeri BTC dari pelabuhan Ceyhan, Turki, kembali dilanjutkan. Sebelumnya, proses pemuatan sempat tertunda akibat adanya pemeriksaan tambahan terkait isu kontaminasi.
Sementara itu, ada sinyal bullish dari pernyataan Menteri Energi AS yang menyebut Washington akan mempertimbangkan sanksi terhadap minyak Rusia untuk menghentikan perang di Ukraina.
Pada saat yang sama, Uni Eropa juga telah menyetujui paket sanksi ke-18 terhadap Rusia. Salah satu poinnya adalah penurunan batas harga untuk minyak mentah Rusia.