STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Bursa Efek Indonesia (BEI) kembali mengumumkan adanya Unusual Market Activity (UMA) pada tiga saham emiten. Kali ini saham PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk (SRAJ), PT Surya Fajar Capital Tbk (SFAN), dan PT Hassana Boga Sejahtera Tbk (NAYZ) masuk dalam pengawasan.
Kepala Divisi Pengawasan Transaksi BEI, Yulianto Aji Sadono, menegaskan pengumuman UMA tidak serta-merta menunjukkan adanya pelanggaran. “Dalam rangka perlindungan investor, dengan ini kami menginformasikan telah terjadi peningkatan harga dan pola transaksi saham yang di luar kebiasaan,” kata Yulianto dalam keterbukaan informasi, Kamis (28/8/2025).
Untuk saham SRAJ, BEI mencatat adanya lonjakan harga yang tidak wajar. Informasi terakhir mengenai emiten ini adalah laporan bulanan registrasi pemegang efek per 5 Agustus 2025. Saat ini BEI masih mencermati perkembangan transaksi saham tersebut.
Pada saham SFAN, indikasi transaksi tidak wajar juga kembali terdeteksi. Saham ini sudah beberapa kali masuk daftar UMA, yakni pada 26 Mei 2025, 20 Februari 2025, dan 19 November 2024. Informasi terakhir yang dirilis perusahaan tercatat pada 6 Agustus 2025 melalui laporan bulanan registrasi pemegang efek.
Saham NAYZ pun kembali masuk daftar UMA. Sebelumnya, saham ini pernah disuspensi pada 15 Januari 2025, dikenakan cooling down pada 10 Januari 2025, dan diumumkan terkena UMA pada 6 Januari 2025. Informasi terbaru dari perusahaan adalah laporan kepemilikan atau perubahan kepemilikan saham per 25 Agustus 2025.
BEI mengingatkan investor lebih cermat dalam mengambil keputusan. “Para investor diharapkan memperhatikan jawaban perusahaan tercatat atas permintaan konfirmasi bursa, mencermati kinerja perusahaan, mengkaji kembali rencana corporate action yang belum disetujui RUPS, serta mempertimbangkan berbagai kemungkinan yang dapat timbul di kemudian hari sebelum melakukan investasi,” ujar Yulianto.
Harga Saham
Pada penutupan perdagangan hari Rabu, 27 Agustus 2025, saham SRAJ, SFAN, dan NAYZ kompak menguat.
Saham SRAJ ditutup di Rp7.100 per lembar, naik Rp200 atau 2,90% dari sehari sebelumnya di Rp6.900. Sejak awal sesi, saham ini dibuka di Rp6.975 dan sempat menyentuh level tertinggi Rp7.350 sebelum terkoreksi tipis. Sepanjang perdagangan, harga terendah tercatat Rp6.825 dengan volume transaksi 2,68 juta lembar.
Kenaikan ini membawa SRAJ ke rekor tertinggi tahun ini di Rp7.100. Sebelumnya, titik terendah sempat terjadi pada 17 Februari 2025 di Rp2.320. Dalam 52 minggu terakhir, pergerakan saham berada di rentang Rp2.250 hingga Rp7.350. Dengan pencapaian ini, kapitalisasi pasar SRAJ kini tembus Rp86,89 triliun.
Saham SFAN ditutup di Rp1.920 per lembar, naik tipis Rp5 atau 0,26% dari posisi sebelumnya di Rp1.915. Sepanjang hari, saham ini hanya berputar di level Rp1.915 hingga Rp1.920 dengan volume 99.400 lembar.
Dalam setahun terakhir, SFAN bergerak di kisaran Rp1.815 hingga Rp1.935. Tahun ini, rekor tertinggi dicetak pada 21 Mei di Rp1.930, sedangkan terendahnya pada 28 Februari di Rp1.825. Kapitalisasi pasar SFAN kini tercatat Rp2,61 triliun.
Di sisi lain, saham NAYZ mencuri perhatian dengan lonjakan 9,33%. Saham ini ditutup di Rp82 per lembar, menguat 7 poin dari Rp75 sehari sebelumnya. Sejak dibuka di Rp80, harga sempat menyentuh tertinggi Rp82 dan terendah Rp75, dengan volume transaksi 18,18 juta lembar.
Sejak awal 2025, saham NAYZ pernah berada di puncak Rp152 pada 3 Februari, lalu merosot ke titik terendah Rp39 pada 23 Juli. Dalam 52 minggu terakhir, pergerakan saham berada di kisaran Rp19 hingga Rp167. Dengan lonjakan terbaru, kapitalisasi pasar NAYZ mencapai Rp209,1 miliar.
Pasar saham hari ini menampilkan dinamika beragam. SRAJ mencatat rekor baru, SFAN bertahan stabil, dan NAYZ jadi salah satu saham dengan kenaikan paling mencolok berkat lonjakan hampir 10%.