STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Hingga September 2024, PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) berhasil meraih pendapatan proyek Non-JO sebesar Rp 9,1 triliun. Pendapatan ini berasal dari berbagai proyek infrastruktur, termasuk Jalan Tol Solo-Yogyakarta-Kulonprogo dan Jalan Tol Yogyakarta-Bawen. Jika ditambahkan dengan pendapatan JO, total pendapatan ADHI di kuartal ketiga tahun ini mencapai Rp 17 triliun, tumbuh 13% dibandingkan Rp 15 triliun pada kuartal yang sama tahun lalu.
“Berdasarkan peraturan akuntansi, Perseroan tidak bisa mencatat pendapatan dari proyek JO secara langsung dalam laporan keuangan. Perseroan hanya mencatat bagian dari Laba Ventura Bersama,” jelas Rozi Sparta, Corporate Secretary ADHI, dalam keterangan resmi, di Jakarta, Kamis (24/10/2024).
Untuk Laba Ventura Bersama, ADHI mencatat pertumbuhan yang signifikan, dari Rp 277,6 miliar pada kuartal ketiga 2023 menjadi Rp 568,73 miliar pada kuartal ketiga 2024. Ini didorong oleh proyek-proyek seperti Pembangunan Rumah Susun Polri dan MRT Jakarta Fase II.
Dari sisi bottom line, laba bersih ADHI hingga September 2024 tercatat sebesar Rp 69,3 miliar, tumbuh tiga kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang hanya Rp 23,5 miliar. Peningkatan ini menunjukkan kinerja yang solid dan komitmen perusahaan untuk pertumbuhan berkelanjutan.
Total aset ADHI mencapai Rp 34,6 triliun pada kuartal ketiga 2024. Perusahaan ini berhasil menurunkan utang usaha dan utang bank serta obligasi masing-masing sebesar 23%. Dengan total liabilitas yang tercatat Rp 25,3 triliun, ADHI mengalami penurunan 19% dari Desember 2023 yang mencapai Rp 31,3 triliun. Ekuitas ADHI pada kuartal ketiga 2024 mencapai Rp 9,3 triliun.
Dari sisi arus kas, ADHI membukukan nilai positif sebesar Rp 888,2 miliar, berasal dari pembayaran termin proyek yang sedang dikerjakan. Pembayaran ini diharapkan dapat meningkatkan likuiditas ADHI untuk mempercepat penyelesaian proyek.
Rasio solvabilitas ADHI menunjukkan perbaikan, dengan rasio DER Total turun dari 3,39x menjadi 2,72x. Rasio DER untuk utang berbunga juga menunjukkan peningkatan, dari 1,33x menjadi 1,00x. “Ini menandakan bahwa kinerja keuangan ADHI semakin sehat,” tambah Rozi.
Hingga September 2024, ADHI berhasil meraih kontrak baru senilai Rp 14,2 triliun. Sebagian besar kontrak baru ini berasal dari proyek gedung (46%) dan sumber daya air (30%). Untuk pendanaan, 54% berasal dari pemerintah, 9% dari pinjaman, 19% dari BUMN/D, dan 18% dari swasta.
Dalam upaya mencapai target kinerja tahun ini, ADHI menerapkan prinsip Operational Excellence. Perusahaan juga lebih selektif dalam pemilihan proyek baru dan memantau piutang, terutama dari proyek besar, agar kas operasional tetap positif.