STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) resmi menuntaskan proses lelang spektrum frekuensi 1.4 GHz pada Rabu, 15 Oktober 2025. Langkah ini menjadi tonggak penting untuk mempercepat pemerataan akses internet terjangkau di seluruh Indonesia sekaligus mengubah peta persaingan industri telekomunikasi nasional.
Spektrum frekuensi 1.4 GHz disebut-sebut akan membuka peluang besar bagi jutaan masyarakat yang selama ini kesulitan mendapatkan akses internet stabil dan ekonomis. Teknologi Fixed Wireless Access (FWA) diprediksi akan menjadi ujung tombak penerapan frekuensi ini karena menawarkan alternatif koneksi rumahan tanpa kabel dengan biaya lebih hemat dibandingkan jaringan fiber optik.
Pengamat Pasar Modal sekaligus Founder Entry Exit Investment, Indrawijaya Rangkuti menegaskan fokus utama dari pemanfaatan frekuensi ini bukan sekadar kecepatan, tetapi pemerataan. “FWA memungkinkan operator menyediakan layanan internet rumahan nirkabel yang lebih hemat biaya dan menjangkau masyarakat yang belum tersentuh fiber optik,” ujar Indrawijaya di Jakarta, Rabu (15/10/2025).
Lelang frekuensi ini dibagi menjadi tiga wilayah regional. Regional 1, yang mencakup Pulau Jawa, Papua, dan Maluku, menjadi pusat perhatian karena potensinya yang luar biasa besar. Dengan populasi hampir 170 juta jiwa, wilayah ini memiliki potensi serapan pasar hingga 70% untuk layanan internet murah.
Seorang pengamat telekomunikasi menilai pemenang di Regional 1 akan memegang kendali masa depan pasar ritel digital Indonesia. “Operator yang menguasai Regional 1 tidak hanya membeli frekuensi, mereka membeli akses langsung ke jantung konsumen Indonesia. Ini adalah kesempatan emas untuk menggelar layanan FWA secara masif dan cepat,” ungkap sumber tersebut.
Sementara itu, Regional 2 yang meliputi Sumatera, Bali, dan Nusa Tenggara menjadi pasar kuat di sektor agribisnis, perdagangan, dan pariwisata. Pemenang di wilayah ini akan memperkuat posisi mereka di luar Jawa dengan konektivitas yang lebih andal.
Regional 3 yang mencakup Kalimantan dan Sulawesi juga punya peran vital dalam pemerataan digital. Kehadiran Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan serta posisi strategis Sulawesi sebagai gerbang Indonesia Timur menjadikan wilayah ini fondasi pertumbuhan ekonomi digital masa depan.
Bagi masyarakat, hasil lelang ini membawa harapan besar. Dalam 12 hingga 18 bulan ke depan, diperkirakan akan muncul beragam paket internet rumah nirkabel dengan harga lebih kompetitif.
Sektor pendidikan, pelaku UMKM, dan keluarga di wilayah suburban akan menjadi pihak yang paling diuntungkan. Siswa dan mahasiswa bisa menikmati akses belajar daring yang lebih lancar, UMKM dapat memasarkan produk dengan biaya koneksi lebih murah, dan keluarga bisa menikmati hiburan digital tanpa bergantung pada kuota seluler mahal.
Pemerintah melalui Komdigi berharap terisinya spektrum frekuensi 1.4 GHz bisa mempercepat terwujudnya visi “Indonesia terkoneksi, makin digital, dan makin maju”. Para pemenang lelang kini memikul tanggung jawab besar untuk merealisasikan potensi itu dan menghadirkan internet yang lebih adil bagi seluruh lapisan masyarakat.
Menurut Indrawijaya, saham PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI) atau Surge menjadi salah satu yang patut diperhatikan. Perusahaan ini berpotensi menjadi pemenang di Regional 1 dan berpeluang memperluas ekspansi bisnisnya.
“WIFI akan bergerak pada level 3210 sebagai important support, lalu level 3500 menjadi minor support dan 4420 jadi resistance 1. Level 4700 akan menjadi resistance 2, serta level 5175 sangat berpotensi menjadi target 2025, mengingat sudah beberapa kali all time high,” jelas Indrawijaya.
Lelang frekuensi 1.4 GHz ini bukan hanya soal bisnis, tetapi juga langkah besar menuju pemerataan digital Indonesia. Jika dijalankan efektif, era internet cepat dan terjangkau bagi seluruh rakyat bisa segera terwujud.