STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – PT Eka Sari Lorena Transport Tbk (LRNA) makin serius memperkuat bisnisnya lewat teknologi dan diversifikasi layanan. Di tengah ketatnya persaingan industri transportasi darat, perusahaan ini melaju dengan strategi baru agar tetap bertahan dan berkembang.
Dalam Paparan Publik setelah Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) di Swiss-Belinn Bogor pada Kamis, 26 Juni 2025, manajemen LRNA menegaskan fokus pada efisiensi, kolaborasi digital, dan pengembangan layanan di berbagai segmen. Perusahaan juga menyiapkan armada kendaraan listrik sebagai bagian dari transformasi jangka panjang.
Direktur PT Eka Sari Lorena Transport Tbk, Rianta Soerbakti, mengatakan perusahaan kini harus beradaptasi dengan teknologi. Ia menyebut kolaborasi digital menjadi kunci untuk meringankan beban dan menciptakan sinergi dengan mitra strategis.
“Kita bisa melakukan teknologi kolaborasi dengan partner sehingga saling menguntungkan dan meringankan beban perusahaan,” ujar Rianta.
Lorena juga menargetkan penggunaan kendaraan listrik sebagai langkah efisiensi operasional, meski masih menghadapi tantangan besar di lapangan. Keterbatasan infrastruktur pengisian daya dan bengkel di rute jarak jauh masih menjadi kendala utama.
“Ini jadi target kami di 2025 dan ke depan. Tapi tentu butuh peran aktif dari Pemerintah,” kata Rianta.
Saat ini, Lorena telah mengoperasikan bus listrik untuk mendukung program transportasi publik berbasis listrik yang diinisiasi oleh Kementerian Perhubungan dan Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek.
Selain AKAP (Antar Kota Antar Provinsi), Lorena juga memperkuat layanan lainnya seperti Airport Connexion (JAC), Trans Jabodetabek Reguler (TJR), Jabodetabek Residence Connexion (JRC), hingga jasa sewa bus jangka panjang.
“Kami perkuat layanan komuter dan renta, karena AKAP makin ketat dan kompetisinya tidak sehat,” tambah Rianta.
Tak hanya itu, LRNA juga berencana masuk ke bisnis pengiriman barang melalui layanan cargo hasil kolaborasi dengan ESL Express, perusahaan afiliasi dalam satu grup.
Meski melakukan ekspansi, kinerja keuangan Lorena pada 2024 belum menunjukkan perbaikan. Pendapatan turun 12,93% menjadi Rp80,93 miliar dibandingkan 2023 yang mencapai Rp92,95 miliar. Pendapatan terbesar masih berasal dari layanan AKAP senilai Rp62,23 miliar. Sementara dari shuttle bus sebesar Rp14,22 miliar, bus bandara Rp2,47 miliar, dan AKAP jarak pendek Rp1,98 miliar.
Total aset juga turun 6,73% menjadi Rp334,6 miliar dari sebelumnya Rp358,76 miliar. Ekuitas terkoreksi 5,44% menjadi Rp289,87 miliar, dan liabilitas berkurang 14,27% menjadi Rp44,73 miliar dibandingkan periode sama tahun sebelumnya.
Rianta menyebut makin padatnya pasar AKAP oleh pemain baru serta lemahnya regulasi menjadi penyebab turunnya performa perusahaan. Ia juga menyoroti adanya perang tarif dan angkutan ilegal yang belum tertib sebagai ancaman serius bagi operator lama.
Sebagai respons, perusahaan mengambil sejumlah langkah efisiensi. Lorena menutup rute-rute yang tidak menguntungkan dan lebih agresif mengikuti tender jasa sewa bus. Perusahaan juga memperluas sistem pembayaran nontunai untuk meningkatkan transparansi dan pengendalian keuangan.
“Setiap akhir tahun, kami evaluasi strategi dan langsung ambil kebijakan bila ada kendala yang muncul di tengah jalan,” ujar Rianta.
Dalam RUPST 2024, seluruh agenda disetujui pemegang saham. Mulai dari laporan tahunan, penggunaan laba atau rugi, hingga penunjukan Kantor Akuntan Publik untuk laporan keuangan. Perusahaan juga mengumumkan perubahan susunan direksi dan komisaris. Namun, manajemen memutuskan tidak membagikan dividen untuk tahun buku 2024.
