Kamis, Oktober 16, 2025
27.2 C
Jakarta

Minyak Dunia Ngamuk Lagi! Dua Faktor Ini Bikin Harga Nggak Mau Turun

STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Harga minyak mentah menguat pada penutupan perdagangan Selasa (8/7/2025) waktu setempat atau Rabu pagi (9/7/2025) WIB. Kenaikan ini membuat harga minyak bertahan mendekati level tertinggi dalam dua pekan terakhir.

Lonjakan harga minyak terjadi saat pelaku pasar mencermati dampak kebijakan tarif baru Amerika Serikat dan rencana kenaikan produksi minyak oleh kelompok OPEC+.

Mengutip CNBC International, kontrak berjangka Brent naik 57 sen atau 0,82% ke level US$70,15 per barel, di London ICE Futures Exchange.

Adapun harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) menguat 40 sen atau 0,59% ke posisi US$68,33 per barel, di New York Mercantile Exchange.

Kedua acuan harga minyak ini mencatat penutupan tertinggi sejak 23 Juni, dua hari berturut-turut.

Investor saat ini mencermati ketegangan dagang antara Amerika Serikat dengan sejumlah negara Asia. Jepang dan Korea Selatan menyatakan akan bernegosiasi dengan pemerintah AS untuk meredam dampak tarif yang rencananya mulai berlaku awal Agustus.

Presiden Donald Trump kembali memanaskan perang dagang pada Senin. Ia mengumumkan tarif sebesar 25% untuk Jepang dan Korea Selatan, serta hingga 40% untuk Laos dan Myanmar.

Kebijakan ini menimbulkan kekhawatiran di pasar bahwa tekanan tarif dapat memperlambat ekonomi global dan menekan permintaan minyak.

Data ekspor Jerman juga menunjukkan pelemahan. Pada Mei lalu, ekspor negara ekonomi terbesar Eropa ini turun lebih dalam dari perkiraan, terutama karena permintaan dari AS menurun selama dua bulan berturut-turut.

Di sisi lain, pasar juga bereaksi terhadap langkah OPEC+ yang sepakat menaikkan produksi pada Agustus. Produksi akan bertambah 548.000 barel per hari, melebihi kenaikan 411.000 barel per hari dalam tiga bulan sebelumnya.

Keputusan ini menghapus hampir seluruh pemangkasan sukarela sebesar 2,2 juta barel per hari yang diberlakukan sejak 2023.

“OPEC+ sedang melonggarkan pemangkasan produksi sukarela, tapi kekurangan pasokan solar dan serangan Houthi terhadap kapal kargo masih mendukung harga,” kata Janiv Shah, analis dari Rystad Energy.

Analis HSBC memperingatkan, ketika permintaan musiman menurun, peningkatan ekspor dari OPEC+ bisa memberi tekanan pada harga.

Commerzbank memperkirakan harga minyak Brent bisa turun ke US$65 per barel saat kelebihan pasokan mulai terjadi pada musim gugur.

Sementara itu, data inventori minyak Amerika Serikat masih ditunggu pasar. American Petroleum Institute (API) dan Energy Information Administration (EIA) dijadwalkan merilis data masing-masing pada Selasa dan Rabu waktu setempat.

Analis memperkirakan, sekitar 2,6 juta barel minyak ditarik dari stok AS selama pekan yang berakhir 4 Juli. Jika benar, ini menjadi penarikan keenam dalam tujuh pekan terakhir.

Sebagai perbandingan, pekan yang sama tahun lalu mencatat penurunan 3,4 juta barel. Rata-rata lima tahun terakhir justru menunjukkan kenaikan sekitar 1,9 juta barel.

Artikel Terkait

Emas Dunia Cetak Rekor Baru, Sentuh Level Tertinggi di Atas US$4.200 per Ons

STOCKWATCH.ID (CHICAGO) – Harga emas dunia kembali mencetak rekor baru...

Harga Minyak Dunia Merosot, Pasar Cemas Dampak Perang Dagang AS-China dan Kelebihan Pasokan

STOCKWATCH.ID (HOUSTON) – Harga minyak dunia kembali melemah pada...

Harga Emas Tembus Rekor Baru! Sentuh di Atas $4.100 Gegara The Fed & Ketegangan Dagang

STOCKWATCH.ID (CHICAGO) – Harga emas dunia mencetak rekor baru pada...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Populer 7 Hari

Berita Terbaru