STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Harga minyak mentah dunia mengalami sedikit penurunan pada penutupan perdagangan hari Jumat (11/10/2024) waktu setempat atau Sabtu pagi (12/10/2024) WIB.
Mengutip CNBC International, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November turun 29 sen atau 0,38% menjadi US$75,56 per barel, di New York Mercantile Exchange.
Adapun harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Desember mengalami penurunan sebesar 36 sen atau 0,45% mencapai US$79,04 per barel, di London ICE Futures Exchange.
Pekan lalu, harga minyak dunia kembali melonjak seiring dengan meningkatnya ketegangan di Timur Tengah. Pada Jumat, harga minyak mentah AS mengalami kenaikan untuk pekan kedua berturut-turut. Hal ini terjadi setelah Israel dikabarkan akan merespons serangan Iran.
Harga minyak mentah WTI dan Brent sama-sama naik lebih dari 1% sepanjang pekan lalu. Sejak pekan lalu, harga minyak sudah meningkat lebih dari 10% setelah Iran meluncurkan rudal balistik ke Israel. Kondisi ini membuat pasar semakin khawatir.
Namun, menurut Natasha Kaneva, Kepala Strategi Komoditas Global di JP Morgan, mempertahankan kenaikan harga minyak tidak akan mudah. Ia menyatakan, “Tanpa adanya faktor pendorong tambahan, ‘premi perang’ dan ‘stimulus’ ini kemungkinan cepat memudar.”
Situasi semakin panas setelah kabinet keamanan Israel bertemu pada Kamis untuk membahas respons terhadap serangan Iran. Presiden AS Joe Biden dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu juga melakukan pembicaraan terkait hal ini.
Para pedagang minyak khawatir jika Israel menyerang ladang minyak Iran, hal ini bisa mengganggu pasokan minyak dari kawasan tersebut. Biden sendiri telah meminta Israel untuk tidak menargetkan ladang minyak Iran. Negara-negara di Teluk Arab pun dilaporkan turut melobi Gedung Putih agar mencegah serangan terhadap infrastruktur energi Iran.
Helima Croft, Kepala Strategi Komoditas Global di RBC Capital Markets, menambahkan bahwa Gedung Putih mungkin lebih memilih Israel menargetkan kilang minyak daripada fasilitas ekspor minyak. Namun, pengaruh AS kemungkinan menurun sejak insiden serangan rudal dan drone Iran sebelumnya pada April lalu, yang kala itu direspons Israel dengan cukup moderat