Senin, September 29, 2025
28.3 C
Jakarta

Naik 2%, United Tractors Bukukan Laba Rp15,6 Triliun per September 2024

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – PT United Tractors Tbk (UNTR) membukukan pendapatan bersih konsolidasian sebesar Rp99,6 triliun per September 2024, naik 2% dari Rp97,6 triliun pada periode yang sama tahun 2023.

Peningkatan laba ini terutama disebabkan oleh kenaikan kinerja dari segmen kontraktor penambangan dan pertambangan emas dan mineral lainnya yang lebih besar dari penurunan kinerja segmen mesin konstruksi dan pertambangan batu bara.

Dalam sembilan bulan pertama tahun 2024, laba bersih UNTR tumbuh 2%, dari Rp15,3 triliun per September 2023 menjadi Rp15,6 triliun. Demikian dikemukakan Sara K. Loebis, Sekretaris Perusahaan UNTR dalam keterangan resmi, Rabu (30/10/2024).

Secara rinci Sara menjelaskan, segmen usaha mesin konstruksi mencatat penurunan penjualan alat berat Komatsu sebesar 24% menjadi 3.321 unit dibandingkan tahun lalu sebesar 4.365 unit. Ini disebabkan oleh penurunan permintaan dari sektor pertambangan, konstruksi, dan kehutanan.

Berdasarkan riset pasar internal, Komatsu memimpin pangsa pasar alat berat sebesar 27%. Pendapatan Perseroan dari penjualan suku cadang dan jasa pemeliharaan alat berat turun sebesar 6% menjadi Rp8,4 triliun.

Penjualan Scania, terutama dari truk turun dari dari 605 unit menjadi 298 unit dan penjualan produk UD Trucks turun dari 249 unit menjadi 156 unit yang disebabkan oleh oleh penurunan permintaan terutama di sektor pertambangan. Secara total, pendapatan bersih dari segmen usaha Mesin Konstruksi turun sebesar 8% menjadi Rp26,5 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Kemudian, segmen usaha kontraktor penambangan dioperasikan oleh PT Pamapersada Nusantara (PAMA) dan anak usahanya PT Kalimantan Prima Persada (KPP). PAMA dan KPP (PAMA Grup) menyediakan jasa pertambangan untuk pemilik konsesi tambang, dengan membantu mereka dalam produksi batu bara dan mineral lainnya, dan pekerjaan pemindahan tanah (overburden removal).

Sampai dengan bulan September 2024, PAMA Grup membukukan pendapatan bersih sebesar Rp43,6 triliun, naik 11% dari Rp39,1 triliun. PAMA Grup mencatat peningkatan volume pekerjaan pemindahan tanah  sebesar 9% menjadi 921 juta bcm dan peningkatan volume produksi batu bara untuk para kliennya sebesar 17% menjadi 111 juta ton, dengan rata-rata stripping ratio sebesar 8,3x.

 

Berikut, segmen usaha Pertambangan Batu Bara dijalankan oleh PT Tuah Turangga Agung (TTA). Sampai dengan bulan September 2024, tambang batu bara TTA mencatatkan volume penjualan batu bara sebesar 8,1 juta ton, termasuk 2,4 juta ton batu bara metalurgi.

Total volume penjualan batu bara termasuk batu bara pihak ketiga mencapai 10,2 juta ton, 19% lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pendapatan segmen usaha pertambangan batu bara turun sebesar 14% menjadi Rp20,6 triliun dari Rp24 triliun di periode yang sama pada tahun 2024 dikarenakan penurunan rata-rata harga jual batu bara.

 

Sementara itu, segmen usaha pertambangan emas dan mineral lainnya mencatatkan peningkatan pendapatan sebesar 57% menjadi Rp6,7 triliun, yang sebagian besar disebabkan oleh peningkatan harga jual rata-rata emas sebesar 21% (dari US$1.933 per ons menjadi US$2.330 per ons).

 

Demikian pula, segmen usaha Pertambangan Emas dioperasikan oleh PT Agincourt Resources (PTAR) dan PT Sumbawa Jutaraya (SJR). PTAR mengoperasikan tambang emas Martabe di Sumatera Utara.

Hingga September 2024, total penjualan setara emas 165 ribu ons, meningkat 12% dibandingkan tahun lalu. SJR mengoperasikan konsesi tambang emas di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat yang telah mulai berproduksi pada triwulan kedua 2024 dan diharapkan dapat mulai mencatatkan penjualan emas di triwulan keempat tahun 2024.

Adapun segmen usaha pertambangan nikel Perseroan terdiri dari PT Stargate Pasific Resources (SPR) yang baru saja diakuisisi dengan kepemilikan mayoritas pada bulan Desember 2023 dan Nickel Industries Limited (NIC) yang diakuisisi pada bulan September 2023 dengan kepemilikan sebesar 19,99%.

SPR mengoperasikan tambang nikel di Konawe Utara, Sulawesi Tenggara. SPR mencatatkan penjualan bijih nikel sebesar 1.369.000 wet metric ton (wmt) sampai triwulan ketiga tahun 2024, yang terdiri dari 599.000 wmt saprolit dan 770.000 wmt limonit.

NIC merupakan perusahaan pertambangan dan pengolahan nikel terintegrasi dengan aset utama yang berlokasi di Indonesia. Operasional RKEF NIC melaporkan penjualan 34.427 ton logam nikel pada kuartal keempat 2023 dan 65.032 ton logam nikel pada semester pertama tahun 2024.

Sementara itu, segmen usaha industri konstruksi dijalankan oleh PT Acset Indonusa Tbk (ACSET). Sampai dengan bulan September 2024, ACSET membukukan pendapatan bersih sebesar Rp2,1 triliun, naik dibandingkan Rp1,5 triliun pada periode yang sama tahun 2023.

Akan tetapi, ACSET masih membukukan rugi bersih sebesar Rp286 miliar, lebih tinggi dibandingkan rugi bersih sebesar Rp151 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

 

Adapun seluruh bisnis energi dalam grup dikonsolidasikan melalui PT Energia Prima Nusantara (EPN). Sampai dengan bulan September 2024, EPN telah memasang Rooftop Solar PV sebesar 2,4 megawatt peak (MWp) sehingga secara kumulatif Rooftop Solar PV yang terpasang sejak tahun 2018 mencapai 17,5 MWp.

EPN saat ini mengoperasikan dua pembangkit listrik tenaga air (PLTA) aliran sungai langsung yaitu PLTM Kalipelus berkapasitas 0,5 MW di Jawa Tengah dan PLTM Besai Kemu berkapasitas 7 MW di Lampung, Sumatra yang mulai beroperasi secara komersial pada Januari 2024.

PT Arkora Hydro Tbk (Arkora) yang sahamnya dimiliki sebesar 31,49% mengoperasikan dua PLTA aliran sungai langsung dengan kapasitas total 17,4 MW dan dua PLTA aliran sungai langsung yang sedang dalam tahap konstruksi dengan kapasitas total 15,4 MW, yang dijadwalkan akan beroperasi secara komersial pada tahun 2024 dan 2025.

PT Supreme Energy Rantau Dedap (SERD) yang sahamnya dimiliki secara langsung dan tidak langsung sebesar 32,7% memiliki proyek panas bumi yang beroperasi di Sumatera Selatan dengan kapasitas terpasang sebesar 91,2 MW. (*/yan)

Artikel Terkait

Dolar AS Melemah Tipis, tapi Masih Catat Kenaikan Dua Pekan Beruntun

STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS)...

Transaksi DNDF Tembus US$ 212 Juta per Hari, BI Luncurkan Matchmaking OIS

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan...

Merdeka Copper (MDKA) Rugi USD15,8 Juta per Juni 2025, Ini Penyebabnya

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) - PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA)...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Populer 7 Hari

Berita Terbaru