STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Perpindahan simpanan nasabah dari bank ke investasi lain, seperti Surat Berharga Negara (SBN), semakin ramai diperbincangkan. Fenomena ini menarik perhatian banyak pelaku pasar. Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur Bank Central Asia (BCA), berbagi pandangannya mengenai tren ini.
Menurut Jahja, ada alasan kuat mengapa nasabah beralih. “Bunga deposito BCA saat ini hanya berkisar antara 3% hingga 3,25%. Di bank lain, meskipun ada tawaran khusus, suku bunga mereka tidak jauh berbeda,” ujarnya di Jakarta, Rabu (23/20/2024).
Jahja menjelaskan, dengan bunga deposito yang rendah, tawaran SBN dengan imbal hasil mencapai 6% menjadi sangat menarik. “Godaannya sangat tinggi untuk memindahkan sebagian dana deposito yang tidak mereka gunakan,” kata Jahja. Namun, ia mengingatkan bahwa investasi di SBN mengharuskan nasabah siap dengan jangka waktu lebih panjang.
Jahja juga mencatat, deposito berjangka dengan tenor 6 bulan hingga setahun kurang diminati. “Orang lebih suka menaruh dana mereka dalam deposito untuk 1 bulan hingga 3 bulan,” ungkapnya. “Nasabah hanya akan beralih ke SBN jika mereka yakin tidak akan menggunakan dana tersebut dalam waktu dekat.”
Meski demikian, Jahja menegaskan, tidak semua deposito akan pindah ke SBN. “Ada kebutuhan jangka pendek yang tetap harus dipenuhi,” jelasnya. Jadi, hanya sebagian nasabah yang memilih berinvestasi di SBN atau instrumen lain.
Sebagai salah satu market maker SBN, BCA berkomitmen mendukung pemerintah dalam penjualan SBN. “Kami aktif menjual government fund, baik kepada pembeli asing, institusi lokal, maupun individu,” tegasnya.
Pilihan ada di tangan nasabah. Mereka perlu mempertimbangkan kebutuhan likuiditas dan jangka waktu investasi. “Ini semua tergantung pada preferensi nasabah, apakah mereka ingin berinvestasi untuk jangka pendek atau panjang,” pungkasnya.