STOCKWATCH.ID (WASHINGTON) – Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) kembali menguat pada penutupan perdagangan Selasa (10/6/2025) waktu setempat atau Rabu pagi (11/6/2025) WIB. Kenaikan ini dipicu pernyataan pejabat AS yang menyebut pembicaraan dagang dengan China berjalan baik, meski belum ada kejelasan soal kesepakatan.
Mengutip CNBC International, Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick, menegaskan kembali nada optimistis Presiden Donald Trump terhadap negosiasi yang sedang berlangsung dengan pejabat ekonomi China. Namun, Lutnick tidak memberikan detail lebih lanjut terkait isi pembicaraan.
Pejabat dari dua ekonomi terbesar dunia itu bertemu di London dalam upaya meredakan sengketa dagang yang kini meluas dari tarif hingga ke pembatasan ekspor logam tanah jarang.
“Dalam negosiasi ini bukan cuma soal tarif, tapi juga pengendalian ekspor. Itu akan jadi dasar dari saling tukar keuntungan,” kata Marc Chandler, Chief Market Strategist di Bannockburn Forex, New York.
Menurut Chandler, ada peluang tercapainya kesepakatan. AS bisa menawarkan chip semikonduktor untuk ditukar dengan magnet dan tanah jarang dari China. Tapi, ia menyoroti ketimpangan dalam perdagangan itu. “China bisa lebih mudah mengganti chip dari AS dibandingkan AS mengganti magnet dan tanah jarang mereka,” katanya.
Nilai tukar dolar naik 0,2% terhadap yen menjadi 144,92 yen. Meski begitu, dolar sudah kehilangan sekitar 8,5% terhadap mata uang Jepang sepanjang tahun ini. Yen mendapat dukungan dari arus dana ke aset aman sejak gejolak tarif yang dipicu Trump.
Gubernur Bank of Japan, Kazuo Ueda, pada Selasa memberi sinyal bahwa kenaikan suku bunga mungkin akan ditunda. Risiko terhadap ekspor Jepang akibat tarif dari AS juga membuat pasar menunda ekspektasi kenaikan suku bunga lebih lanjut.
Di sisi lain, pound sterling melemah 0,4% terhadap dolar ke level US$1,3496. Data ketenagakerjaan Inggris menunjukkan pertumbuhan upah hanya 5,2% dalam tiga bulan hingga April, lebih rendah dari perkiraan.
Bank of England dijadwalkan menggelar rapat pekan depan dan diperkirakan akan mempertahankan suku bunga tetap. Pasar kini memperkirakan ada potensi pemangkasan suku bunga sebesar 48 basis poin hingga akhir tahun, naik dari proyeksi sebelumnya sebesar 39 bps.
Indeks dolar AS yang mengukur kekuatan dolar terhadap enam mata uang utama lainnya naik tipis ke 99,087. Meskipun naik, indeks ini masih turun lebih dari 8% sepanjang tahun ini. Investor khawatir dampak tarif dan ketegangan dagang bisa memperlambat ekonomi AS, sehingga memilih mencari alternatif aset lain.
Sementara itu, nilai tukar euro relatif stabil di angka US$1,1420. Dolar Australia juga tidak banyak berubah di level US$0,6519.
Perhatian investor kini tertuju pada data Indeks Harga Konsumen AS (CPI) bulan Mei yang akan dirilis Rabu ini. Laporan tersebut bisa memberikan gambaran dampak tarif terhadap inflasi. Pelaku pasar mewaspadai lonjakan harga menjelang rapat kebijakan The Fed pekan depan.
Bank Sentral AS diperkirakan akan mempertahankan suku bunga tidak berubah. Namun, pasar mulai memperhitungkan kemungkinan dua kali pemangkasan suku bunga masing-masing sebesar 25 basis poin hingga akhir tahun.