STOCKWATCH.ID (TOKYO) – Bursa saham Asia-Pasifik bergerak variatif pada penutupan perdagangan hari Kamis sore (2/1/2025) waktu setempat. China menjadi sorotan utama karena penurunan tajam saham-sahamnya akibat data ekonomi yang mengecewakan.
Mengutip CNBC International, indeks manufaktur China, menurut Caixin/S&P Global, turun ke 50,5 pada Desember. Angka ini lebih rendah dari November yang mencapai 51,5 dan jauh di bawah ekspektasi pasar di 51,7. Penurunan ini menunjukkan melambatnya pertumbuhan sektor manufaktur.
Wang Zhe, ekonom senior di Caixin Insight Group, menyebut lemahnya permintaan ekspor sebagai penyebab utama. “Kondisi ekonomi global yang tidak pasti terus memberi tekanan besar pada ekspor China,” ujarnya.
Indeks saham utama di China pun terpuruk. Indeks CSI 300 anjlok hingga 3% sebelum akhirnya ditutup melemah 2,91% di level 3.820,39. Bahkan, janji Presiden Xi Jinping untuk kebijakan ekonomi yang lebih proaktif tak mampu menahan penurunan ini.
Hong Kong juga terkena dampaknya. Indeks Hang Seng turun 2,37% menjelang penutupan. Saham Sun Art Retail Group anjlok lebih dari 23% setelah Alibaba mengumumkan rencana menjual mayoritas sahamnya di perusahaan itu. Saham Alibaba sendiri turun lebih dari 1%.
Di tempat lain, pasar bergerak campuran. Indeks Kospi di Korea Selatan turun tipis ke 2.398,94, tetapi Kosdaq naik 1,24% ke 686,63. Gubernur Bank of Korea, Rhee Chang-yong, menyatakan akan menerapkan kebijakan moneter yang fleksibel di tengah ketidakpastian global.
Australia menunjukkan tren positif. Indeks S&P/ASX 200 naik 0,52% ke 8.201,2. Di Singapura, ekonomi tumbuh 4% pada 2024, meningkat dari 1,1% pada 2023. Namun, pertumbuhan kuartal keempat melambat ke 4,3% dari kuartal sebelumnya di 5,4%.