STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Harga minyak mentah dunia yang sempat tergelincir selama tiga sesi secara beruntun berhasil bangkit dan mengalami rebound pada penutupan perdagangan Selasa (13/6/2023) waktu setempat atau Rabu (14/6/2023) WIB. Menguatnya harga komoditas ini antara lain dipicu oleh mencuatnya ekspektasi para pelaku pasar bahwa permintaan terhadap bahan bakar fosil tersebut akan meningkat. Ini seiring kebijakan bank sentral Tiongkok yang menurunkan suku bunga jangka pendek untuk pertama kalinya dalam 10 bulan terakhir.
Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli 2023 ditutup meroket US$2,30, atau sekitar 3,43%, menjadi US$69,42 per barel di New York Mercantile Exchange.
Adapun harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Agustus 2023 berakhir melambung US$2,45, atau sekitar 3,41%, menjadi US$74,29 per barel di London ICE Futures Exchange.
Bank sentral China memangkas suku bunga reverse repo tujuh hari dari 2,0% menjadi 1,9% Selasa (13/6/2023). Pemotongan suku bunga Negara Tirai Bambu tersebut bertujuan untuk menciptakan momentum baru pemulihan ekonomi di Tiongkok.
Perhatian para investor selanjutnya beralih pada hasil pertemuan Federal Reserve (The Fed) yang digelar pada 13-14 Juni waktu setempat. Bank Sentral Amerika itu, diprediksi akan mempertahankan suku bunga selaras dengan inflasi Amerika Serikat (AS) yang mulai melandai. Menurut data yang dirilis oleh Biro Statistik Tenaga Kerja AS pada Selasa (13/6/2023) terungkap bahwa Indeks harga konsumen (IHK) Negara Paman Sam tersebut tercatat sebesar 4,0% pada Mei. Angka ini merupakan level terendah inflasi AS sejak Maret 2021.