STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Penerbitan surat utang korporasi di Indonesia terus meningkat sepanjang Januari hingga September 2024. Berdasarkan data PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo), total penerbitan surat utang secara nasional mencapai Rp94,9 triliun. Dari nilai tersebut, penerbitan obligasi korporasi dan sukuk senilai Rp93,4 triliun, naik 4,59% dibandingkan Rp89,3 triliun pada periode yang sama tahun 2023.
Namun, tidak semua instrumen surat utang mengalami kenaikan. Penerbitan Medium Term Notes (MTN) justru menurun dari Rp1,7 triliun di tahun lalu menjadi Rp1,0 triliun pada 2024. Surat Berharga Komersial (SBK) juga turun dari Rp0,8 triliun menjadi Rp0,5 triliun. Bahkan, sekuritisasi tidak mencatat penerbitan hingga September 2024, padahal tahun lalu mencapai Rp924,3 miliar.
Menurut Martin Pandiangan, analis Pefindo, sektor multifinance mendominasi dengan penerbitan Rp21,8 triliun, diikuti oleh sektor bubur kertas dan produk kertas sebesar Rp13,7 triliun. Lembaga keuangan khusus juga aktif dengan penerbitan Rp10 triliun. Adapun dari sektor perbankan yang menerbitkan surat utang tercatat mencapai Rp8,6 triliun. Meski beberapa sektor seperti MTN dan SBK mengalami penurunan, total penerbitan surat utang tetap stabil.
Sektor lain seperti properti, manufaktur, dan perdagangan juga berkontribusi dengan penerbitan berkisar antara Rp1,2 triliun hingga Rp1,4 triliun. Perusahaan di sektor jalan tol, telekomunikasi, dan listrik turut aktif dengan penerbitan antara Rp0,9 hingga Rp1,1 triliun.
Martin menyebutkan bahwa dari total penerbitan surat utang nasional selama Januari hingga September 2024, Pefindo telah memberikan pemeringkatan pada 85,6% surat utang. Total nilai penerbitan yang diperingkat Pefindo mencapai Rp81,3 triliun.
Ia menjelaskan, sebagian besar surat utang digunakan untuk modal kerja, mencakup 65,4% dari total penerbitan. “Sisanya, sekitar 24,5%, digunakan untuk refinancing,” tandasnya di Jakarta, Kamis (24/10/2024). (yan)