STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (BJTM) atau Bank Jatim membidik pertumbuhan laba bersih antara 5-6% pada 2023. Adapun sepanjang tahun lalu, Perseroan berhasil mencetak net profit sebesar Rp1,543 triliun, meningkat 1,3% dibandingkan Rp1,523 triliun pada periode yang sama tahun 2021.
Menurut Busrul Iman, Direktur Utama Bank Jatim, laba bersih Perseroan antara lain akan ditopang oleh pendapatan. Dalam beberapa periode terakhir, lanjut dia, struktur pendapatan Perseroan didominasi oleh bunga pinjaman. Kemudian, pendapatan yang bersumber dari bisnis treasury. Selanjutnya, pendapatan yang lain termasuk di dalamnya fee based income (FBI).
“Sehingga, kalau kami punya target pertumbuhan laba 5-6%, di sektor mana yang akan kami kuatkan, tentu saja sektor pinjaman,” ujar Busrul, dalam keterangan pers usai acara analyst meeting, di Jakarta, Selasa (7/3/2023).
Untuk mendongkrak pendapatan yang berasal dari bunga pinjaman, Bank Jatim telah mematok target kenaikan penyaluran kredit. Tahun ini, Perseroan menargetkan pertumbuhan pinjaman berkisar antara 12-13%, lebih tinggi dibandingkan target peningkatan kredit industri perbankan yakni 10-12%. Untuk mencapai target tersebut, kata Busrul, pihaknya akan memperkuat penyaluran pinjaman pada captive market yang merupakan core business Bank Jatim.
Pada segmen consumer banking yang juga merupakan kekuatan Bank Jatim, Perseroan melihat masih ada potensi pasar yang dapat dimaksumalkan penggarapannya seperti kalangan ASN. Selain itu, Bank Jatim juga akan mengembangkan produk-produk perbankan di sektor consumer seperti Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Kendaraan Bermotor (KKB).
“Kemudian kami akan switching ke arah sektor produktif yakni UKM. Kami punya portofolio Rp9,9 triliun untuk UKM,” jelasnya.
Bank Jatim, demikian Busrul, telah mempersiapkan infrastruktur yang dibutuhkan untuk membantu mencapai target kredit. Perseroan di antaranya membentuk semacam direktorat agar bisa fokus pada segmen bisnis tertentu. Misalnya, direktorat yang fokus di bisnis syariah, fokus pada segmen consumer atau fokus di korporasi sindikasi. Selain itu, Bank Jatim melakukan pemetaan (maping) terhadap potensi bisnis setiap wilayah yang menjadi incaran. Perseroan juga menerapkan sistem segmentasi kredit.
Untuk diketahui, pada 2022, total penyaluran kredit Bank Jatim mencapai Rp46,197 triliun, naik sebesar 8,06% dari Rp42,750 triliun pada 2021. Kredit di sektor UMKM menjadi penyumbang kenaikan tertinggi dengan peningkatan sebesar 26,24% jadi Rp6,34 triliun hingga akhir 2022. Portofolio kredit Komersial juga mengalami peningkatan sebesar 7,02% menjadi Rp11,20 Triliun. Adapun lonjakan kredit di sektor konsumsi tercatat sebesar 5,11% menjadi Rp28,65 triliun.
Busrul mengemukakan, seiring meningkatnya target penyaluran kredit, pihaknya tetap akan memberi perhatian pada kualitas setiap pinjaman. Untuk itu, tahun ini rasio Non Performing Loan (NPL) Gross Perseroan akan dijaga pada angka 2,7-3%.
Sementara itu, Net Interest Margin (NIM) Bank Jatim diproyeksikan berkisar antara 5,3 – 5,4% tahun ini. Adapun Capital Adequacy Ratio (CAR) diperkirakan mencapai 22-23%. Untuk BOPO Bank Jatim hingga akhir tahun ini diprediksi sekitar 74-75%. Loan to Deposite Ratio (LDR) akan ditingkatkan menjadi 58-60% pada 2023. Memang, LDR ini relatif masih berada di bawah industri perbankan. Namun, jelas Busrul, ini merupakan bagian dari strategi Perseroan untuk tumbuh lebih baik melalui penguatan fundamental, sehingga kredit juga bisa naik secara sustainable dan sehat.
“Sampai dengan akhir tahun, kami menargetkan credit cost sebesar 0,9% dengan coverage level di atas 100%. ROA 2-2,2% dan ROE 16-17%,” tandas Busrul.