Senin, Oktober 13, 2025
29.3 C
Jakarta

Perjalanan Krestijanto hingga Jadi CEO dan Kepercayaan Dirinya pada IPO MDLA!

STOCKWATCH.ID (JAKARTA0) – President Director PT Medela Potentia Tbk (MDLA), Krestijanto Pandji, dikenal sebagai sosok pemimpin yang punya gaya kepemimpinan unik. Ia menyebut dirinya sebagai seorang “konduktor” dalam menjalankan perusahaan.

“Kalau di musik, konduktor itu harus tahu kapan violin berbunyi, kapan penyanyi harus masuk. Begitu juga dalam tim kerja. Saya tidak mungkin menjalankan semuanya sendiri,” ujar Krestijanto, kepada stockwatch.id.

Baginya, teamwork adalah kunci utama. Setiap masalah harus dibicarakan dan diselesaikan bersama. “Yang penting jangan emosi. Kita harus punya empati, tahu kondisi tim kita, dan pintar mencari peluang,” katanya.

Krestijanto tidak langsung menduduki posisi puncak. Ia merintis kariernya dari bawah. Lulusan University of Washington dan University of Southern California ini sempat bekerja di Amerika Serikat selama 7 tahun sebelum kembali ke Indonesia.

Perjalanan kariernya dimulai di Gajah Tunggal, lalu berlanjut ke berbagai perusahaan di bidang packaging, kimia, dan farmasi. “Saya sempat turun pangkat dari CEO ke Marketing Manager saat pindah ke industri farmasi. Tapi itu bagian dari proses belajar,” ungkapnya.

Setelah 16 tahun berkarier di Dexa Group, ia ditunjuk untuk memimpin PT Medela Potentia. Di sinilah ia menerapkan gaya kepemimpinan “konduktor”-nya.

Bagi Krestijanto, kesuksesan bukan soal menjadi Superman. “Superman itu cuma ada di film. Dalam dunia nyata, kita butuh tim yang solid. Saya percaya keberhasilan datang dari kerja sama yang baik,” tegasnya.

Di balik kesibukannya, Krestijanto tetap menjaga keseimbangan hidup. Ia menghabiskan waktu bersama keluarga saat akhir pekan. “Kadang cuma makan bareng. Santai saja, nggak perlu yang aneh-aneh,” katanya.

Sebagai seorang ayah, ia bangga ketiga putranya sudah mandiri. “Laki semua, sudah pada kerja,” ujarnya.

Dari hobi makan hingga memimpin perusahaan besar, perjalanan karier Krestijanto membuktikan bahwa kesuksesan diraih dengan kerja keras, empati, dan kerja sama tim yang kuat.

Optimistis IPO MDLA Sukses

Sebagaimana diketahui, saat ini PT Medela Potentia Tbk (MDLA) tengah sibuk melakukan proses penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO). Saham MDLA direncanakan bisa dicatatkan dan mulai diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 15 April 2025.

Dalam aksi korporasi ini, MDLA akan melepas 3,5 miliar saham baru. Itu setara dengan 25% dari modal ditempatkan dan disetor penuh Perseroan setelah IPO. Setiap saham memiliki nilai nominal Rp20 per lembar. MDLA mematok harga IPO saham di kisaran Rp180 hingga Rp230 per unit Dengan skema ini, MDLA berpotensi meraup dana segar hingga Rp805 miliar.

Krestijanto optimistis proses IPO MDLA akan berjalan sukses meskipun kondisi pasar saham saat ini sedang tidak baik-baik saja, Keyakinan ini bukannya tanpa alasan, Menurutnya, sektor kesehatan adalah industri yang defensif dan memiliki prospek cerah di tengah situasi ekonomi yang tidak menentu.

“Kami melihat jumlah perusahaan healthcare yang IPO masih sedikit. Selain itu, meski pasar sedang tidak stabil, kami tidak khawatir karena secara fundamental kami kuat. Ditambah lagi, kami berada di industri kesehatan yang sifatnya defensif,” katanya.

Ia mencontohkan bagaimana industri kesehatan tetap bertahan bahkan di tengah krisis seperti pandemi COVID-19. “Saat COVID-19 melanda, bisnis perhotelan dan penerbangan terdampak parah. Tapi kesehatan tetap berjalan karena orang sakit tidak bisa menunda untuk berobat,” jelasnya.

Ia menegaskan kekuatan fundamental perusahaan menjadi kunci. “Yang penting, fundamental harus kuat, penjualan bagus, dan profit margin sehat,” katanya.

Untuk meyakinkan investor, Krestijanto menekankan bahwa perusahaan yang ia pimpin memiliki fundamental yang kuat. MDLA telah beroperasi lebih dari 40 tahun dan punya rekam jejak yang solid di industri kesehatan. “Please check track record-nya dulu. Kita di industri healthcare, dan healthcare pasti cuma naik,” katanya.

Selain itu, perusahaan juga dipercaya oleh banyak prinsipal, baik dari dalam maupun luar negeri, untuk mendistribusikan produk-produk mereka di Indonesia. “Ini otomatis merupakan peran penting dalam meningkatkan kesehatan di Indonesia,” tambahnya.

Terkait potensi oversubscribe atau kelebihan permintaan saham, Krestijanto enggan berspekulasi. “Itu belum tahu. Kita doakan saja,” ucapnya.

MDLA juga telah melakukan roadshow untuk memperkenalkan sahamnya dan menarik minat calon investor, termasuk di luar negeri. “Roadshow-nya sudah, sebelumnya kita juga sudah ke Singapura,” ungkapnya.

Setelah IPO, MDLA berencana memperluas bisnisnya, terutama di sektor distribusi alat kesehatan. Perseroan ingin memperkuat jangkauan di Indonesia serta menjajaki ekspansi ke Asia. “Kami melihat peluang masuk ke Filipina atau Vietnam. Tapi masih kami pertimbangkan,” ujarnya.

Rencana ekspansi ke Asia ditargetkan mulai terealisasi pada 2026 melalui strategi kemitraan. “Jadi bukan akuisisi perusahaan, tapi membangun strategic alliance. Jika ada prinsipal dari luar negeri ingin distribusi di Indonesia, kita bisa jalankan. Sebaliknya, jika mereka butuh distributor di Filipina, kita bisa rekomendasikan mitra kita di sana,” tandas Krestijanto.

Selain ekspansi ke Asia, MDLA berencana mengotomatisasi operasional di bagian back-end, khususnya di warehouse. Tak hanya itu, MDLA juga akan menambah produk medical device yang dapat diproduksi di dalam negeri.

Dengan strategi ini, MDLA optimistis dapat terus tumbuh dan berkontribusi lebih besar dalam industri kesehatan, baik di Indonesia maupun di tingkat regional.

Target Pertumbuhan 2025

MDLA menargetkan pertumbuhan pendapatan dan laba bersih sebesar 11-12% dibandingkan 2024. Tahun lalu, perusahaan mencatatkan pendapatan Rp14,5 triliun dengan laba bersih sekitar Rp341 miliar.

Pertumbuhan ini didorong oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah perbaikan sistem BPJS yang semakin baik. Selain itu, pada Juli 2025, pemerintah berencana menerapkan sistem single class di layanan BPJS.

“Ke depan, akan ada co-payment antara asuransi swasta dan BPJS. Ini akan membuka akses masyarakat ke lebih banyak pilihan obat, tidak hanya obat generik,” jelas Krestijanto.

Selain itu, meningkatnya jumlah rumah sakit baru di Indonesia juga menjadi peluang besar bagi MDLA.

“Jumlah tempat tidur rumah sakit di Indonesia masih rendah, hanya 1,04 per 1.000 orang. Bandingkan dengan Malaysia yang hampir 2,” ungkapnya.

Karena itu, perusahaan terus berinovasi dalam penyediaan alat kesehatan (alkes), termasuk wound care atau perban steril untuk perawatan luka pascaoperasi.

“Perban ini bukan seperti yang biasa. Ada obatnya, tahan air, dan lebih higienis. Ini yang sedang kami kembangkan,” tuka Krestijanto.

Artikel Terkait

Riduan Naik Tahta, Ini Kisah Karier Sang Dirut Baru Bank Mandiri!

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) resmi...

Bos Baru AMMAN Ternyata Lulusan Harvard! Ini Rencana Arief Sidarto Usai Gantikan Alexander Ramlie

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) - PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN)...

Kisah Noprian Fadli Bujuk Poh Group Akuisisi NINE: “Nggak Gampang, Tapi Berhasil!”

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) - PT Techno9 Indonesia Tbk (NINE) tengah...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Populer 7 Hari

Berita Terbaru