STOCKWATCH.ID (NEWYORK) – Harga minyak mentah dunia terjun bebas pada penutupan perdagangan hari Jumat (6/9/2024) waktu setempat atau Sabtu pagi (7/9/2024) WIB. Harga komoditas ini jatuh ke level terendah sejak Juni 2023, menandai pekan terburuk dalam hampir setahun. Kekhawatiran pasar terhadap keseimbangan pasokan dan permintaan global semakin meningkat setelah OPEC+ gagal memberikan kejelasan.
Mengutip CNBC International, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober turun US$1,48 atau 2,1% menjadi US$67,67 per barel, di New York Mercantile Exchange.
Adapun harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman November turun US$1,63 atau 2,2%, mencapai US$71,06 per barel, di London ICE Futures Exchange.
Minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI), sempat menyentuh level US$67,17 dalam sesi perdagangan Jumat. Sepanjang pekan ini, harga WTI jatuh hingga 8%, menjadi penurunan mingguan terburuk sejak Oktober. Sementara itu, patokan global Brent terjun lebih dalam dengan penurunan 9,8%.
OPEC+ menunda rencana peningkatan produksi minyak sebesar 180.000 barel per hari hingga Desember. Kenaikan produksi tersebut akan menambah sekitar 2,2 juta barel per hari ke pasar hingga akhir tahun depan, namun hal ini tidak mampu mencegah anjloknya harga minyak.
Penurunan tajam ini dipengaruhi oleh melemahnya permintaan minyak dari China, yang kini tengah beralih ke kendaraan listrik secara masif. China, sebagai importir minyak mentah terbesar di dunia, telah mengurangi konsumsi minyak mentah, menambah tekanan pada pasar minyak global.
Bank of America menurunkan proyeksi harga minyak Brent untuk 2025 menjadi US$75 per barel, turun dari prediksi sebelumnya US$80. Sementara itu, proyeksi untuk WTI juga dipangkas menjadi US$71 dari sebelumnya US$75.
Sementara itu, Citi memperkirakan harga Brent akan berkisar di angka US$60 tahun depan karena pasar diprediksi akan mengalami surplus besar.