Jumat, Agustus 8, 2025
29.6 C
Jakarta

Target Lifting Minyak 1 Juta Barel per Hari, Ini Strategi Pemerintah

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menegaskan target lifting minyak nasional mencapai 900 ribu hingga 1 juta barel per hari pada 2028-2029. Target ini sejalan dengan Asta Cita Presiden Prabowo Subianto dalam menjaga ketahanan energi dan swasembada energi. Hal ini disampaikan Bahlil dalam acara Beritasatu Economic Outlook 2025 di Jakarta, Kamis (30/1).

“Dalam Asta Cita Presiden Prabowo, itu ada empat hal yang menjadi fokus. Pertama, ketahanan pangan, kedua ketahanan energi, ketiga hilirisasi dan yang keempat makanan bergizi. Kebetulan saya kebagian dua tugas, ketahanan energi dan hilirisasi,” ujar Bahlil mengawali sambutannya.

Ia membandingkan kondisi lifting minyak saat ini dengan tahun 1996-1997. Saat itu, Indonesia mampu memproduksi 1,6 juta barel per hari dengan konsumsi sekitar 600 ribu barel, sehingga ada surplus 1 juta barel yang bisa diekspor. Namun, saat ini situasinya berbalik.

“Kemarin di 2024, 2 bulan terakhir sekitar 690.000 barel. Sekarang impor kita per hari itu 1 juta barel. Jadi, terbalik antara 1996-1997 dengan 2024,” lanjut Bahlil.

Bahlil juga menyoroti ironi impor minyak Indonesia. “58% konsumsi minyak kita itu impornya itu dari Singapura. Jadi kita ini impor minyak dari negara yang tidak mempunyai minyak yang harganya sama dengan dari middle east,” ungkap Bahlil.

Untuk mencapai target lifting yang ditetapkan Presiden Prabowo, pemerintah menyiapkan tiga strategi utama. Pertama, menggarap sumur-sumur minyak yang menganggur (idle well). Kedua, mengoptimalkan sumur yang ada dengan teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR). Ketiga, mempercepat eksploitasi 300 sumur yang sudah dieksplorasi tetapi belum memiliki Plan of Development (PoD).

Kementerian ESDM mencatat ada sekitar 40.000 sumur minyak di Indonesia, dengan 16.000 di antaranya dalam kondisi idle. Sumur-sumur ini masih dikuasai oleh PT Pertamina (Persero) dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS). Pemerintah sudah memetakan potensi minyak yang bisa diproduksi kembali dari sumur-sumur tersebut.

Selain itu, Bahlil menilai perlu ada perubahan dalam teknik pengeboran minyak, seperti yang dilakukan Amerika Serikat. “Kalau di Amerika peningkatan produksi dari 3 juta barel menjadi 13 juta perhari itu melakukan bornya secara horizontal. Sementara kita selama ini melakukan pemboran secara vertikal. Di Amerika, bornya sudah horizontal supaya bagian minyak yang tidak pernah terangkut ikut naik, sekarang sudah bisa dan juga dengan memanfaatkan teknologi EOR,” tutup Bahlil.

Artikel Terkait

BI, Uang Primer Adjusted Juli 2025 Tumbuh 7% Jadi Rp1.925,4 Triliun

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Bank Indonesia (BI) mengumumkan, Uang Primer...

Cadangan Devisa Juli 2025 Cercatat US$152 Miliar, Turun 0,4%

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) – Bank Indonesia (BI) mengumumkan, posisi cadangan...

Pertumbuhan Ekonomi RI Kalah Tipis dari Vietnam, Unggul dari AS dan Korsel!

STOCKWATCH.ID (JAKARTA) - Ekonomi Indonesia tumbuh 5,12% secara tahunan...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Populer 7 Hari

Berita Terbaru